Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2008

Kata dan Kita

Tidak setiap kita pandai berkata Tidak setiap kata berarti kita Tapi kata sudah terucap Sedangkan kata telah tertancap Kata berubah kuku raja rimba Kita menjelma taring serigala Kalbu pikir terkoyak! Akal logika tercabik! Kata-kata kita tak lagi bermakna Kata-kata kita kosong tanpa jiwa Terlanjur di hati pedih Kepalang basah nurani merintih Mari rangkai kata nan indah Mari ronce kata yang ramah Pilih kata seharum melati Ambil kata seindah mawar Kalungkan di leher kita Lalu kita menari mabuk tawa Dendangkan lagu suka Muntahkan kotoran kata-kata Bersama amarah di dada Berbisik mesra di telinga Kata maaf saja Tidak setiap kita pandai berkata Tidak setiap kata berarti luka Terimalah kemurnian kata cinta Terpancar dari kebeningan telaga jiwa (RetnOEtami. Bontang, 14 Maret 2008. Memori Equator, untuk Ibu Dosen )

GURU

Rasanya setiap orang menginginkan sesuatu yang idealis. Idealisme adalah motivasi. Tidak sedikit orang yang kecewa karena idealismenya tak tercapai. Semakin idealis maka akan semakin tinggi jga kekecewaannya jika tak tergapai. Apakah di dunia ini masih ada idealisme? Jika jawabanya ada, mengapa manusia tak pernah menggapainya? Jika jawabannya tak ada, mengapa manusia mencari dan menginginknnya? Jika Anda seorang guru, guru yang idealis itu seperti apa? Sulit sekali menjawab pertanyan ini. Lakukan sajalah yang terbaik yang Anda mampu. Jika Anda mampu menjadi guru pendidik bagi murid-murid Anda, berilah mereka ilmu yang bermanfaat dengan keikhlasan. Berilah dari pikiran dan hati yang jernih, maka akan sampai ke dalam hati dan pikiran yang bening juga. Jika Anda mampu menjadi Ibu - Bapak bagi murid-murid Anda, berilah mereka kasih sayang, berikan mereka ketenangan dan bimbingan yang menuntun mereka ke jalan yang benar dan lurus. Jika Anda mampu menjadi sahabat bagi murid-murid Anda, beril

keberadaan diri kita

Hidup di dunia ini bukan untuk diri sendiri. Rasanya hidup kita akan lebih berarti jika keberadaan kita dibutuhkan dan berarti bagi orang lain. Jika kita pernah menjadi orang yang berarti bagi kehidupan orang lain, beruntunglah . Tetapi, jika keberadaan kita tak berarti lagi, tak usah memaksakan diri untuk terus berada dalam kehidupannya. Cari saja orang lain yang masih dan lebih membutuhkan kita.

SIAPAKAH AKU?

Datang tak diundang Pergi tak diantar Begitulah katanya keberadaanku Siapakah aku? Statusku tergantung tak berujung Mengharapkann nasib beruntung Apa dayaku tak punya kuku Tuk mempertanyakan nasibku Peluhku telah mengalir Prestasi pun telah terukir Bertahun ku menggeluti Pengabdianku tak disangsi Tetapi... Pengakuanmu padaku setengah hati Pengakuanmu padaku tersembunyi Pengakuanmu padaku mati Aneh! Ku dengar cerita kau berlarimemburu Keliling Jawa mungkin juga dunia Mencari si Fulan tuk kau sunting jadi abdimu Atau...entah siapa Yang baru saja tiba di gerbangmu Kau tarik masuk jadi penghuni tetapmu Sementara... Aku yang bertahun-tahun mengabdi padamu Tak sedikit pun kau rayu Sementara... Aku yang ada di hadapanmu Kau lirik sambil lalu Jika suatu saat ku pergi Tak ada yang bersimpati Jika aku tak dibutuhkan lagi Sewaktu-waktu boleh kau akhiri Hanya selembar kertas di meja laci, berbunyi: "Kontrak Anda Selesai Hari Ini" Jadi, mau apa lagi? Terpaksa ku pergi Jangankan tanda mata

Dalam Namamu Ada Doa Orang Tua

Nuha dan Faldi sedang bermain kelereng di lapangan. Tiba-tiba datang Andre, Herman, dan Kueri dengan sepeda masing-masing. Mereka berputar-putar di lapangan sambil berteriak,” Ua…!Ua…! Jreng! jreng! Faldot!...Faldot!...jreng! jreng!” Lalu ketiganya terbahak-bahak. “Eh, Kueri! Herman!Lihat, cara mereka main kelereng, masa main kelereng begitu? Faldo! Faldot! Mainnya ngak begitu! Ua! Ua! Kamu juga salah,tuh!” Andre mengejek permainan Faldi dan Nuha. “Ya…namanya juga anak kecil, belum bisa main. Cara ngetek kelerengnya aja begitu.” Herman menambahkan sambil tertawa-tawa. Kueri juga ikut bicara,” Paldot! Ua!…kelereng kalian banyak ya, aku minta, dong!” Dengan ragu ragu Faldi mendekati Kueri dan memberikan beberapa kelerengnya. “Masa cuma lima, dasar pelit!” Kueri membentak Faldi “Hai, sudah! kita pergi saja.Lihat tuh, Paldot dan Ua sudah mau nangis. Hu..hu.huuuu”ejek Andre. “Dasar Paldot cenggeng…ngeng! ngeng..! Lihat ! Ua juga mau nagis tuh, Uaaa!…Uaaa! Uaaa!....... nagisnya kaya bayi…..k

Ruang Pengap Segi Empat

dudukku di sini amati ruang pengap segi empat temaram lagi kusam debu rokok kotori meja asap candu racuni udara tinggalkan sisa-sisa kenikmatan membakar dingin, gairahkan malam panggung kecil di sudut setia menemani lagu biduan tinggalkan jejak ilusi alunan denting-denting gelas bartender derai tawa tuan, nyonya, dan nona bercampur aroma tiap tetes arak, bir, wiski, dan vodka adalah pelepas dahaga kehampaan jiwa alir darah merah kotor ternoda mataku berkeliling……. terpekik senyum sinis lukisan besar pemanis sepasang penari erotis meliuk, melilit, tubuh ramping dara terbenam dalam dekapan sang pria bangkitkan nafas-nafas nafsu gelorakan birahi, kalahkan tembok kemurnian kalbu pikirku melayang …. tatkala mentari mulai terbenam mungkinkah anak-anakku jadi tamu ruang pengap ini ? tidak! Tempatmu bukan di sini! ruang pengap segi empat biarkan di sini sementara kalian anak-anakku ruanganmu hanya di kelasku ( RetnOEtami. Bontang, 13 Maret 2008. Memori Equator, untuk Ibu Dosen )