SIAPAKAH AKU?
Datang tak diundang
Pergi tak diantar
Begitulah katanya keberadaanku
Siapakah aku?
Statusku tergantung tak berujung
Mengharapkann nasib beruntung
Apa dayaku tak punya kuku
Tuk mempertanyakan nasibku
Peluhku telah mengalir
Prestasi pun telah terukir
Bertahun ku menggeluti
Pengabdianku tak disangsi
Tetapi...
Pengakuanmu padaku setengah hati
Pengakuanmu padaku tersembunyi
Pengakuanmu padaku mati
Aneh!
Ku dengar cerita kau berlarimemburu
Keliling Jawa mungkin juga dunia
Mencari si Fulan tuk kau sunting jadi abdimu
Atau...entah siapa
Yang baru saja tiba di gerbangmu
Kau tarik masuk jadi penghuni tetapmu
Sementara...
Aku yang bertahun-tahun mengabdi padamu
Tak sedikit pun kau rayu
Sementara...
Aku yang ada di hadapanmu
Kau lirik sambil lalu
Jika suatu saat ku pergi
Tak ada yang bersimpati
Jika aku tak dibutuhkan lagi
Sewaktu-waktu boleh kau akhiri
Hanya selembar kertas di meja laci, berbunyi:
"Kontrak Anda Selesai Hari Ini"
Jadi, mau apa lagi?
Terpaksa ku pergi
Jangankan tanda mata
Ucapan terimakasih pun tak ku bawa
Taringku tumpul, tidak sepertimu
Tanganku kecil, terbenam dalam tanganmu
Aku ibarat telur di ujung tanduk kekuasaanmu
Tangisku hanya lelucon yang tak berarti bagimu
Undang-undangmu padaku samar
Aturanmu padaku nanar
Janjimu padaku ingkar
Kini...
Haruskah ku diam!
Atau haruskah ku teriak!
Agar seluruh jagat raya tahu nasibku
Hingga isi alam semesta tahu siapa sebenarnya aku
Lalu langit hitam menumpahkan air matanya untukku
Ya...itulah aku
Yang katanya datang tak pernah diundang
Maka pergi pun tak usah di antar
Maafkan jika puisiku tak berkenan di hatimu
Karena ku tak punya cara tuk bicara
Sebab tak cukup nyali tuk unjuk diri
Semoga Tuhan mengampuni
(Bontang, 7 September 2005)
Pergi tak diantar
Begitulah katanya keberadaanku
Siapakah aku?
Statusku tergantung tak berujung
Mengharapkann nasib beruntung
Apa dayaku tak punya kuku
Tuk mempertanyakan nasibku
Peluhku telah mengalir
Prestasi pun telah terukir
Bertahun ku menggeluti
Pengabdianku tak disangsi
Tetapi...
Pengakuanmu padaku setengah hati
Pengakuanmu padaku tersembunyi
Pengakuanmu padaku mati
Aneh!
Ku dengar cerita kau berlarimemburu
Keliling Jawa mungkin juga dunia
Mencari si Fulan tuk kau sunting jadi abdimu
Atau...entah siapa
Yang baru saja tiba di gerbangmu
Kau tarik masuk jadi penghuni tetapmu
Sementara...
Aku yang bertahun-tahun mengabdi padamu
Tak sedikit pun kau rayu
Sementara...
Aku yang ada di hadapanmu
Kau lirik sambil lalu
Jika suatu saat ku pergi
Tak ada yang bersimpati
Jika aku tak dibutuhkan lagi
Sewaktu-waktu boleh kau akhiri
Hanya selembar kertas di meja laci, berbunyi:
"Kontrak Anda Selesai Hari Ini"
Jadi, mau apa lagi?
Terpaksa ku pergi
Jangankan tanda mata
Ucapan terimakasih pun tak ku bawa
Taringku tumpul, tidak sepertimu
Tanganku kecil, terbenam dalam tanganmu
Aku ibarat telur di ujung tanduk kekuasaanmu
Tangisku hanya lelucon yang tak berarti bagimu
Undang-undangmu padaku samar
Aturanmu padaku nanar
Janjimu padaku ingkar
Kini...
Haruskah ku diam!
Atau haruskah ku teriak!
Agar seluruh jagat raya tahu nasibku
Hingga isi alam semesta tahu siapa sebenarnya aku
Lalu langit hitam menumpahkan air matanya untukku
Ya...itulah aku
Yang katanya datang tak pernah diundang
Maka pergi pun tak usah di antar
Maafkan jika puisiku tak berkenan di hatimu
Karena ku tak punya cara tuk bicara
Sebab tak cukup nyali tuk unjuk diri
Semoga Tuhan mengampuni
(Bontang, 7 September 2005)
Komentar
Posting Komentar