Lebih Dekat dengan Guru Yayasan Pupuk Kaltim Bontang


Profil Pak Slamet

Triwindu Bakti Tetap Bersahaja

Di usianya yang ke-26 tahun ini, Yayasan Pupuk Kaltim (YPK) menganugerahkan penghargaan Triwindu Bakti kepada 4 karyawannya. Salah satu yang mendapatkan penghargaan tersebut adalah Bapak Drs. Slamet Suyoso. Beliau sudah 25 tahun mengabdi di Yayasan Pupuk Kaltim ini. Hebat! Sebuah prestasi yang menandakan kecintaan dan pengabdian Pak Slamet pada dunia pendidikan. Prestasi ini menjadi bagian penting dalam perjalanan sejarah Yayasan Pupuk Kaltim yang sudah berusia seperempat abad lebih. Pak Slamet, lahir di Purworejo, 7 Oktober 1956. Usia masa bakti, usia hidupnya, dan kesahajaan menjalani hidupnya sudah menjadi “prestasi tersendiri “ yang tak terkalahkan oleh guru lainnya. Inilah alasan tim redaksi menjadikan Pak Slamet sebagai profil di edisi perdana ini.
Lulusan IKIP Semarang, Fakultas Keguruan Ilmu Sosial, Program Studi Pendidikan Sejarah ini, begitu cinta pada dunia mengajar. Sejak tahun 1979 sampai 1982, ketika masih di Purworejo dan Semarang, sudah mulai mengajar. Bapak yang beristrikan Ibu Sri Rejeki ini mempunyai seorang anak. Mantan Pak RT ini, kini tinggal di Jalan Awang Long, Gang I No.3 Kampung Jawa, Bontang Utara. Mulai mengajar di YPK tahun 1983. Bermula mengabdi di unit SMP tahun 1984 sampai tahun 2000. Kemudian secara bersamaan mengajar juga di unit SMA tahun 1986 sampai 1989 mengajar Sejarah dan Sosiologi. Kemudian tahun 2000 sampai sekarang mengabdi di SMA mengajar Sosiologi. Pernah menjabat Kepala Sekolah di unit SMP tahun 1984 sampai 1986.
Bapak yang tetap bersahaja di usianya yang sudah lebih dari setengah abad ini, mempunyai filosofi kerja yang mulia. Seorang guru harus punya etos kerja yang seimbang antara sikap mental dan kemajuan IPTEK. Saat menjabat Kepala Sekolah, Pak Slamet menerapkan Program bagaimana membangun solidaritas korps guru YPK yang loyal pada pekerjaannya. Caranya dengan memahami dan mengimplementasikan dasar kerja, yaitu visi dan misi sekolah .
Perbedaan yang cukup terasa saat awal mengabdi di YPK ini dengan sekarang adalah rasa kebersamaan dan keakraban antarguru YPK. Dulu, rasa gotong royong dan keakraban begitu terasa karena saat itu kondisi sarana dan fasilitas YPK masih sangat minim. Jadi semua berusaha keras menghadapi rintangan dan hambatan yang mengganggu proses belajar dan mengajar. Kini, hubungan antarguru dan antarinsan YPK lebih bersifat formal. Sehingga rasa kebersaaan dan keakraban semakin berkurang dan terasa hambar.
Tantangan yang dihadapi Pak Slamet menghadapi siswa di masa kini dengan siswa di masa lalu juga sudah berubah. Dari segi kuantitas dulu lebih sedikit, sehingga lebih mudah untuk ditangani dan siswa mendapat perhatian lebih. Kini YPK sudah megah dengan sarana dan media belajar yang canggih dan serba elektronik. Kini, siswa mendapat informasi bukan hanya dari guru di dalam kelas, tetapi juga mendapat info yang lebih dari luar kelas. Ada televisi yang menjangkau siaran hingga luar negeri. Ada internet dengan segala bentuk informasi yang positif atau negatif sejagad raya tanpa sensor, dan media-media lainnya. Hal ini dapat berpengaruh terhadap mental siswa, konsentrasi belajar, dan pergaulannya. Masalah kedisiplinan dan kesantunan sikap siswa juga masih dinilai kurang memuaskan. Akan terjadi kerapuhan dan kehancuran pada diri siswa, jika kemajuan IPTEK dan kemajuan perpikir, tidak diimbangi dengan kemajuan dan kemantapan mental. Siswa sekarang juga tidak dapat didoktrin dengan aturan-aturan yang sifatnya teoritis saja, tetapi harus masuk ke dalam kehidupan nyata. Siswa harus mengamati dan merasakan langsung apa yang sesungguhnya terjadi di lapangan. Setelah itu siswa memberikan komentar atau pendapatnya terhadap peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Dengan begitu anak-anak akan mendapatkan pengalaman langsung yang akan selalu dimaknai dalam ingatan dan kehidupannya. Pesan-pesan khusus Pak Slamet bagi anak-anak didiknya di YPK ini adalah tekunlah belajar dan mau belajar dari kesalahan-kesalahan masa lalu untuk masa depan yang lebih baik.
Memasuki usia YPK yang ke-26 ini, Pak Slamet berpendapat bahwa sekarang adalah masa yang paling tepat sebagai Tahun Introspeksi Diri. Banyak sekali kejadian-kejadian tak terduga. Sebagai contoh belasan guru YPK beralih menjadi PNS. Seharusnya menjadi pertanyaan mengapa hal tersebut terjadi secara berulang dan kini mencapai puncaknya.
Mengenai kebijakan-kebijakan yang selama ini dikeluarkan oleh YPK, secara kongkret harus dapat mengayomi dan mengademi. Mengayomi berarti dapat melindungi, mengademi berarti dapat menenteramkan jiwa. Sehingga pada akhirnya guru dapat dengan aman dan nyaman dalam bekerja.
Pak Slamet sebagai penerima Triwindu Bakti tahun ini, punya motto hidup yang sederhana saja. Hidup ini punya rasa, perasaan, dan bisa merasakan. Kalau mau hidup harus merasakan. Jangan sampai menjadi manusia level rendah yaitu manusia yang hidup tetapi tidak punya perasaan. Pak Slamet merasakan kenikmatan yang tidak dapat dirasakan oleh orang lain dengan tetap berjalan kaki, naik taksi, atau naik bus jemputan menuju ke tempat kerja SMA YPK ini. Dengan usia dan masa kerja yang demikian, secara materi Pak Slamet mampu untuk naik motor atau mobil pribadi, tetapi untuk apa jika tidak dapat dinikmati rasanya. Kebahagiaan Pak Slamet adalah merasakan kenikmatan yang tak ternilai yang tak mungkin dapat dirasakan oleh orang lain dengan cara tetap jalan kaki, naik taksi, atau naik bus jemputan. Hal ini tidak mengganggu kenyamanan Pak Slamet dalam bekerja. Pak Slamet juga tidak terusik walaupun teman-teman kerjanya sudah punya motor baru, lap top baru, HP model terbaru, atau mobil keren. Bagi Pak Slamet harta benda itu nilainya relatif. Beginilah cara Pak Slamet menikmati hidup dan merasakan kenikmatan hidup ini. Idenditas kita adalah juga tujuan hidup kita.
Terakhir ketika dimintai pendapatnya tentang penerbitan majalah YPK, Pak Slamet menjawab bahwa membuat itu mudah, yang sulit adalah mempertahankan keberadaan dan kelangsungannya. Majalah YPK harus dapat membangun komunikasi massa yang kontinu, harus mendapat dukungan publik tidak sekedar wacana saja, jadi semua insan YPK harus terlibat. Selain itu agar tidak “basi” isinya harus aktual, bahasanya bagus, dan penampilan yang menyegarkan. Sehingga ke depannya majalah YPK akan tetap eksis di tengah gencarnya media massa elektronik yang global. Semoga. (retnOEtamie, sudah dimuat di majalah terbitan Yasan Pupuk Kaltim Bontang, edisi 1, "GEMILANG")

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Artikel: Perjalanan Spiritual Sutardji Calzoum Bachri Berawal dari O Amuk Kapak

Puisi "Pengabdian Tanpa Titik"

Cerpen: Bumi Dipijak Langit Dijunjung