Dikat


BENGKEL SASTRA GURU: PENULISAN DAN APRESIASI CERITA RAKYAT

PUSAT PEMBINAAN DAN PEMASYARAKATAN
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

BONTANG, 17-18 SEPTEMBER 2013



Bengkel sastra guru kali ini mengusung materi Penulisan dan Apresiasi Sastra Cerita Rakyat. Kegiatan Bengkel Sastra Guru ini dipandu oleh instruktur F. Rahardi, seorang praktisi sastra. Hari pertama disajikan materi pemaparan tentang apa itu cerita rakyat. Setelah itu peserta diajak diskusi tentang cerita rakyat. Kemudian satu persatu peserta mengungkapkan kembali cerita rakyat yang pernah didengar atau diketahuinya waktu kecil. 
Pada kesempatan ini, saya menyajikan kisah masa kecil yang pernah saya dengar melalui kaset, yaitu Upik Abu Putri Cinderella. Sementara temen-teman yang lain menceritakan asal mula Danau Toba, Asal mula nama Pulau Beras Basah, dan sebagainya.
Pada hari kedua, dilajutkan dengan membacakan cerita rakyat yang sudah dituliskan.


UPIK ABU, SANG PUTRI CINDERELLA

                Di sebuah negeri hiduplah seorang gadis bernama Cinderella. Ia hidup bersama ibu tiri dan kedua saudara tirinya, Drunella dan Barbeta. Setiap hari Cinderella selalu mengerjakan semua pekerjaan di rumahnya. Karena itulah ia dipanggil Upik Abu. Pagi-pagi sekali Upik Abu sudah bekerja. Semua pekerjaan yang berat dibebankan padanya. Sementara Ibu tiri dan kedua saudara tirinya hanya bersolek dan bermalas-malasan saja.
“Upik Abu, sediakan air panas untukku!” teriak Drunella dari dalam kamar mandi.
“Upik Abu, bajuku mana? Belum disiapkan,ya!” teriak Barbeta dari dalam kamar.
“Upik Abu, mengapa kerjamu lambat sekali. Pasti kamu bangun kesiangan lagi, ya! Apa saja kerjamu dari tadi, hah! Cepat urus Drunella dan Barbeta. Setelah itu buatkan sarapan untuk kami!” bentak Ibu tiri.
            Begitulah setiap pagi, Upik Abu harus menyelesaikan semua keperluan Ibu tiri dan kedua saudara tirinya. Walaupun begitu Upik Abu tak pernah mengenal lelah dan tak pernah mengeluh. Karena tanpa diketahui oleh Ibu dan kedua saudara tirinya itu, Upik Abu mempunyai teman-teman setia yang selalu menolongnya. Para tikus kecil akan senang membantu meringankan pekerjaan Upik Abu. Sementara para angsa akan menghiburnya dengan berdendang dan menari.  Hari-hari Upik Abu dilalui dengan hati yang ikhlas. Jika ia lelah dengan semua pekerjaannya, maka ia akan mengadu di pusara ibundanya.
“Ibu, Ibu dengar ratapku, kepadamu kumengadu. Berilah jalan yang terang agar  hidupku tentram” Suara Upik Abu semakin lirih hingga akhirnya ia tertidur. Dalam tidurnya Upik Abu bermimpi bertemu dengan Ibunya.
“Anakku, jangan bersedih, suatu saat nanti kau akan menenukan kebahagiaan karena ketabahanmu. Tetaplah hormati ibu tiri dan kedua saudara tirimu, kelak mereka akan menyayangimu.” Kata-kata ibunya seperti nyata. Belaian lembut tangan ibunya terasa menyejukkan hatinya.
                                                                                      ***
               Sementara itu di dalam istana sang raja sudah mengharapkan Sang Pangeran mempunyai pasangan.
“Pangeran, apakah kau tak segera berminat untuk mencari seorang istri?” demikian pertanyaan Raja  suatu hari.
“Bukannya ananda tak mau bersegera, ayah. Tetapi hamba masih belum punya pilihan.”
“ha ha ha…  pangeran yang tampan ini masih bingung memilih gadis cantik rupanya” paman patih geli melihat tingkah polah Sang Pangeran.
“Begini saja, Tuanku Raja dan Pangeran, kita buat sayembara .  Semua gadis di negeri  ini kita undang ke pesta istana  jadi Pangeran tinggal memilih yang paling cantik, bagaimana?” saran Paman Patih
 Raja mengangguk-angguk tanda setuju demikian juga sang Pangeran.
               Akhirnya tersebarlah sayembara Raja ke seluruh pelosok negeri, termasuk ke rumah Upik Abu dan Ibu tirinya.
“Mama, Pangeran ingin memilih calon  istri dalam pesta istana nanti, aku ikut, ya Mah?” Tanya Drunella.
“Aku juga ikut. Pasti pangeran akan memilihku, karena akulah yang paling cantik.’’ Sela Barbeta
“Tidak, pasti pangeran akan memilihku, karena aku yang lebih cantik dan lebih muda darimu.” Sambung Drunella lagi.
“Tidak, aku yang lebih cantik, kamu kurus krempeng!” balas Barbeta.
“Tidak, kamu gendut, pendek, pasti Pangeran pilih, aku!” sengit Drunella tak mau kalah
“Sudah, sudah, kalian berdua sama cantiknya. Drunella dan Barbeta sayang, pasti pangeran akan binggung memilih diantara kalian berdua.” Ibu tiri berusaha meredakan pertengkaran mereka.
Sementara di dapur, Upik Abu mendengarkan percakapan ibu dan kedua saudara tirinya itu.
“Oh, ke pesta istana? Bertemu pangeran? Apakah aku boleh ikut?’” bisik Upik Abu
“Pasti boleh Upik Abu.” Jawab tikus kecil
‘Iya, sayembara ini terbuka bagi semua gadis di negeri ini. Kamu juga boleh ikut” sahut angsa menghibur Upik Abu.
“Tapi,..tapi… bajuku?” batin Upik Abu.
Akhirnya Upik Abu memberanikan diri mendekati ibunya.
“Maaf Ibu, tadi aku dengar ada sayembara ke pesta istana. Aku ingin sekali ikut, boleh ya, Bu.”
“Kamu, ke pesta istana, pakai baju robek itu! Ha ha ha…” ejek Drunella
“Pasti Pangeran akan lagi terbirit-birit melihat mukamu yang coreng moreng itu! Ha ha ha!” tambah Barbeta dengan sinisnya.
“AKu pikir …aku… bisa pinjam baju Drunella untuk ke pesta itu.” Pinta Upik Abu.
“Apa? pinjam bajuku! Enak saja, nanti bajuku akan kotor dan bau abu!” jawab Drunella dengan ketus
“Sudahlah Upik Abu lupakan saja keinginanmu. Kamu tak pantas berada di pesta istana. Sudah sana bersihkan rumah dan siapkan makan malam di dapur, sana! Tempatmu memang yang pantas di sana! Pergi! “bentak Ibu tiri.
                 Mendengar  bentakan ibu tiri dan tertawaan kedua saudara tirinya, Upik Abu berlari ke kamarnya, meratapi nasibnya yang malang. Ia sedih sekali karena tak pantas ke pesta istana. Tiba-tiba tikus kecil dan para Angsa menghiburnya.
“Putri, kami akan membuatkan gaun cantik untukmu.” Ide si tikus
“Ya, kami bisa. Teman-teman, di gudang ada baju-baju bekas Drunella dan Barbeta, bisa kita pakai untuk membuat gaun yang indah untuk Sang Putri. Bagaimana?’” kata tikus yang lain lagi.
“Ya, mari kita kerja!” teriak tikus yang lainnya secara serempak. Jadilah mereka sibuk bekerja gunting kain jadilah gaun. Tentunya gaun yang indah untuk putri yang cantik. Akhirnya sebuah gaun sudah tercipta.
“Putri, kami punya gaun yang cantik untukmu, terimalah.” Kata tikus
“Gaun untukku, benarkah gaun indah ini untukku?’’ Tanya Upik Abu tak percaya
“Iya, putri, pakailah. Kini kau dapat ke pesta istana.’”
Sementara itu. ibu tiri dan kedua saudara tirinya siap-siap berangkat. Tetapi Upik Abu berusaha mencegahnya.
“Ibu, sekarang aku punya gaun pesta, bolehkah aku ikut ke istana?’’ Tanya Upik Abu ragu-ragu sambil memperlihatkan gaunnya.
‘Apa? Gaun pesta? Secepat itu kau dapat menjahitnya!” mata Drunella membelaklak.
“Tak mungkin, dari mana kau dapat gaun itu, hah! Kau pasti mencuri,ya” selidik Barbeta.
“Drunella, Barbeta sayang, coba kalian perhatikan gaun itu, bukahkah itu baju-baju bekasmu?”
“Ya, betul. Berani-beraninya kau mencuri gaun kami, ya….!”sahut mereka berdua.
Lalu tanpa dikomando mereka mendekati gaun Upik Baju.
“Sini bajuku!” bentak Drunella sambil menarik-narik paksa gaun itu.
“Sini bajuku!” sambung Barbeta sambil ikut merobek-rpbek gaun itu.
“Jangan! Jangan, aku bukan pencuri. Jangan, gaunku….gaunku.” tangis Upik Abu mengharap belas kasihan.
“SEkarang pergilah ke kamar, dan jangan bermimpi untuk ke pesta istana, mengerti!” bentak ibu tiri sambil meninggalkan Upik Abu yang menangisi gaunnya yang hancur robek-robek. Tangis Upik Abu pecah tak terbendung lagi. Kepedihannya semakin mendalam. Ia pun berlari ke pusara ibundanya. Ia hanya bisa menangis…. Dan menangis meratapi nasibnya yang malang. Sampai tiba-tiba sesosok peri cantik berbaju putih dan bertongkat bintang sudah ada di hadapannya.
“Upik Abu, anakku yang baik budi, jangan menagis. Kamu bisa ke pesta istana itu sekarang.” kata Ibu Peri.
“Oh, Ibu Peri, bagaimana mungkin ke istana? Bajuku, …?”ratap Upik Abu.
Ibu Peri hanya tersenyum, sambil mengangkat tongkat bintangnya, dan tiba-tiba…
“Cring…Cring…” Baju Upik Abu berubah menjadi baju yang pesta yang sangat indah dan di kaki mungilnya sepasang sepatu kaca menghiasinya. tikus-tikus berubah  menjadi para pengawal yang gagah perkasa. Labu besar berubah menjadi kereta kencana emas dan para angsa menjadi kuda-kuda perkasa. Semuanya siap membawa Upik Abu ke pesta istana. Upik Abu hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
“Benarkah, benarkah aku akan ke pesta istana? Baju ini, sepatu kaca, kereta kencana…..oh…terima kasih Ibu Peri.Terima kasih.”
“Benar anakku, pergilah ke pesta istana. Tetapi ingat, sebelum tengah malam kau harus sudah kembali ke sini lagi. Karena semua yang indah akan kembali seperti  semula lagi.
“Iya, Ibu Peri akan aku ingat pesan Ibu Peri.” Jawab Putri dengan senang hati
“Berangkatlah Nak, bersenang- senanglah, lupakan kesedihanmu.”
Maka berangkatlah Upik Abu ke istana Raja.
                                                                       *********
Sementara di istana, pesta sudah dimulai. Ruang istana sudah penuh gadis gadis cantik dari seluruh penjuru negeri. Semua gadis berusaha mendapatkan perhatian Sang Pangeran.  Sang Pangeran sudah mulai memilih- milih gadis pujaanya. Matanya berkeliling.Tetapi hati Sang Pangeran belum tertambat pada seorang gadis pun. Karena semua gadis tampak menyombongkan diri mereka.
“Lihat, ada seorang gadis lagi yang datang!” seru Paman Patih kepada Pangeran
Mendengar teriakan Paman Patih, semua mata tertuju pada gadis cantik bergaun indah. Semua tamu yang datang pun saling memandang. Ada yang iri ada juga memuji kecantikannya.
“Aha, gadis dari kerajaan mana rupanya?Anggun dan cantik.  Rasanya belum pernah kukenal” guman Sang Pangeran.
Rupanya Sang Pangeran langsung tertambat hatinya pada putri bergaun putih indah itu. Langsung saja Sang Pangeran mengulurkan tangannya menyambut Sang Putri yang membuatnya terpanah dewi cinta.
“Siapakah Putri nan Cantik jelita ini? Dari manakah asalnya?” Tanya Pangeran penuh rasa ingin tahu
“ Hamba…..Hamba…..” jawab Putri dengan gugup.
“Marilah kita berdansa.” Ajak Sang Pangeran
Semua mata akhirnya tertuju pada lantai dansa. Seorang Pangeran tampan dan seorang Putri yang cantik jelita. Semua berdecak kagum memuji keserasian mereka.
“Maaf, Tuan Putri belum menjawab pertanyaan saya tadi. Siapa nama Tuan Putri? Dan dari mana asalnya?” Tanya Pangeran lagi.
Bersamaan dengan itu pula jam istana berdentang 12 kali. Putri kaget bukan kepalang, tak terasa waktu sudah tengah malam. Ia teringat pesan Ibu peri. Ya, ia harus segera meninggalkan istana kalau tidak semua akan seperti semula.
Kepanikan Putri terbaca oleh Pangeran, “Kenapa Putri?’’
“Oh, jam 12 malam…aku harus pulang, Pangeran, maafkan…’’ kata Putri sambil meninggalkan ruang pesta
“Tunggu dulu Putri, tunggu dulu…Aku…Aku Cinta…” pangeran berusaha mencegahnya. Tetapi putri  terus berlari…berlari meninggalkan istana. Hingga di tangga keluar sebuah sepatu putri terlepas dan tertinggal di tangga istana. Putri tak mempedulikannya sepatunya lagi. Yang ada dipikirannya ia harus pulang sebelum semuanya berubah.
“Lihat, sepatu kacanya tertinggal!” seru para pengawal
Sang pangeran yang mengejarnya hanya bersedih karena  hanya mendapatkan sebuah sepatu kaca yang milik Sang Putri.
Dipandanginya sepatu kaca itu sambil berkata, “Aku akan mencarimu Putri ,dengan sepatu kaca ini.”
                                                                                                                                                                                                                                                                                               ***
Keesokan paginya, Drunella dan Barbeta menceritakan pengalaman pesta istana semalam.
“Mama, pestanya kurang meriah. Karena pangeran hanya tertawan pada satu putri saja.” Kata Barbeta
“Iya, Mama. Tetapi putri itu memang cantik. Ia pasti dari kerajaan besar dan kaya raya. Datangnya saja pakai kereta kencana emas.” Sambung Drunella
“Iya, Putri kerajaan yang kaya raya, karena sepatunya yang tertinggal sepatu kaca, Mah.” Lanjut Barbeta lagi.
“Sudahlah, yang penting Pangeran belum menemukan calon istri, kan? Sekarang kalian bersiap-siap secantiknya. Tadi mama dengar kabar bahwa Pangeran akan mencari pemilik sepatu kaca itu. Bagi siapa yang cocok dengan sepatu itu, itulah pemiliknya dan ia akan dijadikan permaisuri.”
Mendengar cerita ibu tiri dan kedua saudara titinya. Upik Abu yang mendengarkan dari dapur segera berlari ke kamarnya. Semua yang di pakainya semalam kembali seperti semula kecuali sepatu kaca yang di pakainya. Upik Abu mengeluarkan sebuah sepatu  kaca yang ia sembunyikan di kantung celemeknya.

“Jika pangeran nanti ke sini, apa yang harus aku lakukan?” tanyanya pada para tikus.
“Upik Abu, sepatu inilah yang akan mejadi bukti bahwa kaulah putri cantik yang telah menawan hati Sang Pangeran.” Jawab seekor tikus
“Ah, kau pasti akan dipilih Pangeran.” Kata Angsa hampir menjerit
Upik Abu hanya tersenyum saja membayangkan apa yang akan terjadi jika sepatu itu cocok di kakinya. Ah, bayangan wajah tampan Sang Pangeran menari-nari di hadapannya. Ia membayangkan kebahagian yang selama ini diimpikannya akan terwujud. Apa yang disampikan ibunya di dalam mimpinya bahwa ia akan menemukan kebahagian terbayang-bayang kembali.
                                                                     ****
              Sang Pangeran mulailah melakukan pencarian hingga keseluruh pelosok negeri. Tetapi tak ada satu pun wanita yang cocok dengan sepatu kaca itu. JIka pun ada yang cocok, tak dapat menunjukkan satu sepatu lagi yang menjadi pasangannya.  Pangeran hampir putus asa. Sampai akhirnya tibalahia  di muka rumah Upik Abu dan Ibu Tirinya.
“Mama, Pangeran datang kemari!” teriak Drunella kegirangan
“Pasti akulah yang paling cocok dengan sepatu kaca itu.” Seru Barbeta tak mau kalah.
“Silakan masuk Pangeran. Ini anak-anak hamba yang semalam datang ke pesta istana. Merekalah pemilik sepatu kaca ini.” Kata Ibu tiri memuji anaknnya.
“Mungkin saja,Bu. Semua gadis tadi juga mengaku pemilik sepatu ini. Silakan mereka mencoba.” Kata Pangeran dengan bijaksana
Saat  Drunella yang kurus mencoba sepatu tersebut, “Mama, sepatunya kedodoran.” Katanya sambil menagis.
Selanjutnya saat Barbeta mencoba sepatu kaca tersebut,” Mama, sepatunya kesempitan, kakiku sakit!” rengeknya
Melihat itu Pangeran dan para pengawal hanya tertawa.
“Apakah, ada gadis lain di rumah ini yang belum mencoba sepatu ini?” Tanya Pangeran ingin tahu sambil berusaha mengintip ke dalam rumah.
“Oh, tidak ada lagi Pangeran. Anak saya Cuma 2 ini saja. Silakan Pangeran.” Ibu tiri bersaha menghalau Pangeran dan pengawalnya  segera keluar dari rumah karena tak ingin Pangeran melihat Upik Abu.
“Baiklah Kalau begitu, saya permisi pulang” kata Pangeran
Belum sempat Pangeran keluar menuju pintu, muncullah Upik Abu memberanikan dirinya.
“Saya belum mencobanya, Pangeran?” suara Upik Abu mengangetkan semuanya.
“Oh, ada gadis lagi rupanya. Siapa ini?’’ Tanya Pangeran.
“Oh, ini bukan anak saya, Pangeran. Ini pembantu, saya. Tak mungkin ia yang punya sepatu sebagus ini ini. Semalam ia tak datang ke pesta istana.” Jawab ibu tiri sambil berusaha menarik Upik Abu masuk kembali ke dalam.
“Upik Abu, masuk ke dalam!” bentak Ibu Tiri
Melihat gelagat ibu tiri yang tidak baik karena sudah berbohong, Pangeran malah menahan Upik ABu
“ Tak apa, kau boleh mencobanya. Siapa pun berhak mencoba sepatu ini” kata Pangeran dengan lembut.
Maka Upik Abu pun maju perlahan tuk mencoba sepatu kaca itu, dan ternyata pas, terpasang sempurna di kaki mungilnya.
“Lihat, Pangeran, sepatu ini pas sekali di kakinya.” Sahut Pengawal.
Wajah Pangeran tampak tersenyum, tapi kemudian ragu.
“Kalau sepatu ini milikmu, seharusnya pasangannya ada padamu!” Tanya Pangeran.
“Iya, bukahkah sepatu ini hanya satu yang tertinggal di tangga istana?” Tanya Pengawal lainnya.
Dengan malu dan ragu akhirnya, Upik Abu mengeluarkan sebuah sepatu lagi dari dalam celemeknya.
“Saya punya pasangannya,Pangeran. Ini…” kata Upik Abu
“Ya, ini sepatu yang sama, Pangeran. Sama persis dengan yang ini.” Teriak pengawal kegirangan
Wajah Pangeran berubah menjadi semakin tampan karena tersenyum lega.
“Akhirnya aku menemukanmu Putri.” Kata Pangeran tak percaya
“Tapi, siapakah dirimu yang sebenarnya? tanya Pangeran ingin tahu.
“Aku Cinderella atau Upik Abu. Mereka adalah Ibu tiri dan kedua saudara tiriku.” Jawab Upik Abu lembut.
Dan tiba-tiba Ibu Peri datang dan menceritakan semunya apa yang dialami Upik Abu. Setelah itu Ibu Peri menyihir Upik Abu menjadi Putri yang cantik seperti pada malam pesta istana semalam.
Semua yang melihatnya terpana…Ya Upik Abu telah menjelma menjadi Putri Cinderella yang cantik jelita, persis seperti yang diharapkan Pangeran.

 “Maukah kau ke istana, hidup bersamaku Putri Cinderella?’’ ajak Pangeran
Melihat itu semua Ibu tri dan anak-anaknya merasa tak percaya.
“Mana mungkin Upik Abu menjadi Putri secantik ini?” kata Drunella
“Mama, Upik Abu jadi permaisuri, aku bagaimana,Mama?” rengek Barbeta
Ibu tiri dan kedua saudara tirinya hanya dapat menagisi kemalangan yang mereka alami sekarang.
Melihat ibu tiri dan saudara tirinya menangis, Upik Abu merasa kasihan.
“Pangeran hamba mau ikut ke istana. Tetapi ibu tiri dan kedua saudara tiriku ini iznkan ikut pula. Biar bagaimana pun mereka telah memberiku tempat tinggal selama ini.” Kata Upik Abu sambil mendekati mereka.
              Akhirnya setelah berkeliling pelosok negeri, Pangeran menemukan Putri pujaannya. Upik Abu kini berubah menjadi Putri Cinderella yang anggun, cantik, dan baik hatinya. Upik Abu memaafkan ibu tiri dan kedua saudara tirinya itu. Kini Upik Abu berbahagia dengan Pangeran di istana selamanya.

         *****************************************************************
Ditulis kembali oleh “Retno Utami” berdasarkan kisah yang pernah didengarnya ketika masih anak-anak dahulu melalui sebuah kaset Sanggar Cerita.
Bontang, 18 September 2013. Pukul 21.30
*******************************************************************************

Kegiatan Bengkel Sastra Guru ini sangat berguna bagi para guru Bahasa Indonesia. Ilmu yang di dapat menjadi bekal bagi proses PBM di kelas.
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Artikel: Perjalanan Spiritual Sutardji Calzoum Bachri Berawal dari O Amuk Kapak

Puisi "Pengabdian Tanpa Titik"

Cerpen: Bumi Dipijak Langit Dijunjung