Rangkuman Materi dan LKS Bahasa Indoesia kls.9
RANGKUMAN MATERI DAN LEMBAR KERJA SISWA 1
Nama Siswa :……………………………………………..
Kelas :……………………………………………..
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra
Indonesia
Kelas/Semester :
9/2
Guru : Retno
Utami, S.Pd.
Standar Kompetensi
Mendengarkan:
9. Memahami isi pidato/khotbah/ceramah
Menulis:
12. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk karya
ilmiah sederhana, teks pidato, dan surat pembaca
Kompetensi Dasar
9.1 Menyimpulkan pesan pidato/ceramah/khotbah yang di dengar
9.2 Memberikan komentar tentang isi pidato/ceramah/khotbah
12.2 Menulis teks pidato/ceramah/khotbah dengan sistematika dan bahasa
yang efektif
MENYUSUN NASKAH
PIDATO/SAMBUTAN
1.
Menentukan topik
2.
Menentukan tujuan
3.
Analisis pendengar
4.
Kesempatan/ Acara
5.
Waktu dan
tempat
6.
Menyiapkan Bahan/Materi
7.
Menyusun kerangka
8.
Menyusun naskah pidato
9.
Latihan di depan kaca
10.
persiapan teknis dan mental
II.
SISTEMATIKA NASKAH PIDATO
- PEMBUKA
- salam pembuka
- sapaan (dimulai dari jabatan paling tinggi)
- ucapan rasa syukur/puja-puji pada Tuhan YME
- menyampaikan maksud/tujuan/tema pidato
- INTI
- pendahuluan
- inti/pokok-pokok isi pidato
- PENUTUP
- kesimpulan/pengulangan kembali inti pidato
- harapan
- ucapan maaf
- ucapan terima kasih
- salam penutup
III.
CONTOH NASKAH PIDATO SAMBUTAN
Assalamualaikum
Wr.Wb.,Selamat pagi dan salam sejahtera
Ibu wakil kepala sekolah yang saya hormati,
Bapak dan Ibu guru yang terhormat, serta karyawan dan karyawati sekolah, anak-anak
yang saya cintai dan banggakan.
Pertama-tama, marilah kita
memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Hama Kuasa, yang telah berkenan
melimpahkan rahmat dan berkahNya kepada kita semua sehingga pada pagi yang
cerah ini kita dapat berkumpul di gedung yang megah ini dalam rangka upacara
wisuda purnasiswa kelas XII.
Pada
kesempatan ini saya akan menyampaikan beberapa pesan penting, khususnya kepada
kelas XII yang telah tiga tahun menuntut ilmu di sekolah ini. Saya mengucapkan
selamat kepada siswa yang dinyatakan lulus. Kepada siswa yang belum lulus, saya
mohon untuk tidak berkecil hati dan terus berjuang. Masih ada kesempatan untuk
meraih sukses dan keberhasilan di masa datang. Ada ungkapan bijak bahwa
kegagalan adalah sukses yang tertunda. Jadikan kegagalan ini sebagai pendorong
untuk meraih prestasi yang gemilang pada tahun depan!
Anak-anakku,
tantangan yang akan kalian hadapi selepas dari sekolah ini bukan semakin
ringan, melainkan semakin berat dan kompleks. Kalian harus mulai menata langkah
untuk bersiap-siap menghadapi persaingan yang semakin hari semakin ketat, baik
bagi berkeinginan untuk melanjutkan sekolah ataupun yang ingin bekerja.
Bagi kalian
yang ingin melanjutkan ke perguran tinggi favorit, tentu saja kalian bersaing
ketat dengan ribuan calon mahasiswa dari daerah lain. Hal ini jelas membutuhkan
perjuangan berat dan doa. Kalian tidak boleh terlena karena keberhasilan kalian
lulus dari SMP. Jagalah nama baik asal sekolahmu! Ingatlah jasa baik Bapak dan Ibu guru yang
pernah memberikan bekal ilmu untuk kalian!
Bagi
anak-anak yang sebentar lagi akan naik ke kelas XI dan XII, saya berpesan,
teladani sikap terpuji kakak kelasmu! Lupakan sikap-sikap yang tidak terpuji!
Kalian harus dapat menjadi pelajar yang lebih baik dari kakak-kakak kelasmu!
Jika selama ini kakak kelas kalian telah mampu membuat harum nama sekolah
karena berkali-kali berhasil meraih dan mengukir prestasi sampai tingkat
provinsi, kalian tidak boleh kalah. Jika perlu kalian harus mampu meraih
prestasi sampai tingkat nasional agar kelak nama kalian akan tertulis dengan
tinta emas sebagai pelajar berprestasi dalam perjalan sejarah sekolah kita
tercinta ini.
Demikian
sambutan saya. Semoga pesan-pesan saya ini bukan hanya disimpan di dalam hati,
tetapi dapat direalisasikan dalam kehiduan kalian. Sekali lagi selamat untuk
anak-anak kelas XII yang lulus. Mohon maaf jika ada kata-kata saya yang tidak
berkenan. Terima kasih atas perhatian Bapak, Ibu, dan anak-anakku.
Selamat
pagi. Asssalamualaikum Wr. Wb.
LATIHAN
A. Lengkapi daftar isian berikut ini!
1. Tema
sambutan :……………………………………………………………..
2. Nama
Acara :…………………………………………………………….
3. Nama
Pembicara/Orator :…………………………………………………………….
4. Waktu dan
Tempat :…………………………………………………………….
5.
Pokok-Pokok Isi Sambutan : ……………………………………………………………
a………………………………………………………………………………………….
b. …………………………………………………………………………………………
c. … ………………………………………………………………………………………
d. …………………………………………………………………………………………
e. ………………………………………………………………………………………….
B. Apakah
bedanya antara sambutan, pidato, dan khotbah!
C.
Dengarkanlah sebuah sambutan/pidato/khotbah dari televisi, radio, atau
penuturan lansung. Kemudian catatlah popok-pokok isinya.
D. Susunlah sebuah naskah pidato dengan data
sebagai berikut ini:
a.
Topik
: Generasi Muda
b.
Subtopik
: Pentingnya Belajar Mengembangkan Kreatifitas Generasi Muda
c.
Tujuan : -Semua
siswa menyadari pentingnya mengembangkan kreativitas bagi dirinya
-Ajakan bagi semua siswa untuk
menciptakan kreativitas yang menghasilkan
prestasi/keuntungan materi
d.
Pendengar : Siswa SMP Yayasan Pupuk Kaltim (YPK)
e.
Tempat : Aula SMP YPK
f.
Pembicara
: Alumni SMP YPK yang berhasil
g.
Kerangka Pidato
I. Pembuka : Pengertian kreativitas
II. Inti :
1.Cara
mengembangkan kreativitas generasi muda:
·
Mengikuti kegiatan yang positif
·
Menyelurkan kegemaran/hobi secara positif
2. Bukti-bukti bahwa kreativitas
penting bagi generasi muda
·
Siswa dapat berprestasi baik di sekolah/ di luar
sekolah
·
Siswa kreatif/berprestasi mendapatkan imbalan
yang sebanding, misalnya hadiah/ piala/ uang
·
Banyak generasi muda yang kreatif menjadi sukses
di masyarakat, misalnya berwirausaha.
III.Penutup
Kesimpulan:
·
Dengan belajar mengembangkan kreativitas, kamu
dapat membuktikan bahwa kamu cukup mampu untuk berprestasi setinggi-tinggi
dan menghidupi diri sendiri.
·
Saran/harapan
RANGKUMAN
MATERI DAN LEMBAR KERJA SISWA 2
Nama Siswa :……………
Kelas :…………..
Standar Kompetensi:
Menulis
16.
Menulis naskah drama
Kompetensi Dasar:
16.1 Menulis naskah drama berdasarkan cerpen yang
sudah dibaca
16.2
Menulis naskah drama berdasarkan peristiwa nyata
MENULIS NASKAH DRAMA
Pada
hakikatnya, inti karya sastra yang berupa drama adalah adanya konflik
(pertentangan-pertentangan). Konflik-konflik tersebut ditata sehingga membentuk
alur dan dikemuakakan dalam bentuk dialog. Bagaimanakah menentukan konflik dan
bagaimana menulis naskah drama? Untuk menulis karya sastra drama, kamu dapat
memulainya dengan menentukan konflik, menyusun urutan peristiwa dalam satu
babak, mengembangkan urutan peristiwa menjadi naskah drama satu babak,
melengkapi dialog, mengomentari dan menyunting naskah drama. Untuk itu,
ikutilah kegiatan pembelajaran berikut!
1.
Menentukan Konflik
Tentunya
kamu sering melihat konflik atau pertentangan-pertentangan itu di masyarakat,
di sinetron, atau dalam kehidupanmu sendiri.
Menyusun
naskah drama dapat kamu mulai dengan menentukan suatu konflik. Konflik dapat
kamu temukan dengan mengamati konflik yang ada di sekitarmu, mengamati konflik
dalam sinetron/film, atau membayangkan konflik yang pernah kamu alami. Untuk
mengidentifikasi konflik yang dikenal/dialami, tulislah salah satu konflik/pertentangan
berdasarkan peristiwa nyata yang kamu sukai! Diskusikan pemilihan konflik
dengan kelompokmu! Misalnya konflik yang akan digambarkan adalah pertentangan
anak dan orangtuanya karena orangtuanya mempunyai pekerjaan yang tidak sesuai
dengan harapannya.
2.
Menyusun Urutan Peristiwa untuk Satu Babak
Lengkapilah konflik yang
telah kamu tentukan menjadi sebuah rangkaian cerita! Berilah nama tokoh-tokoh
yang ada dalam rangkaian ceritamu! Nama tokoh tidak harus sama dengan nama
tokoh aslinya dalam peristiwa nyata. Amati contoh berikut
Asri seorang siswa SMP malu memiliki
bapak seorang penjual bubur di gerobak. Dia marah karena ketika melihat
bapaknya berjualan di sekolahnya, padahal dia pernah meminta ayahnya untuk
tidak berjualan di sekolahnya. Sesampai di rumah Asri marah kepada ayahnya.
Ayahnya tetap berpendapat bahwa pekerjaannya mulia dan tidak harus ditinggalkan.
Asri membandingkan ayahnya dengan ayah Shanti sahabatnya yang seorang pejabat
dan selalu dibangga-banggakan Shanti. Ternyata ayah Shanti ditangkap polisi
karena korupsi dan masuk koran. Asri di sekolah kaget ketika melihat
teman-temannya membicarakan penangkapan ayah Shanti yang dimuat di koran.
Reaksi teman Asri di sekolah mencemooh Shanti yang selama ini terlalu
membanggga-banggakan jabatan ayahnya. Guru menjelaskan bahwa tidak boleh
memvonis Shanti karena kita tidak boleh menilai seseorang dari ayahnya. Dengan
peristiwa itu, Asri menjadi sadar bahwa orang dinilai bukan karena orangtuanya
tetapi karena prestasinya. Asri bangga meskipun ayahnya hanya seorang penjual
bubur di gerobak dorong
3.
Mengembangkan Urutan Peristiwa Menjadi
Naskah Drama Satu Babak
Pengembangan
naskah drama dapat dilakukan dengan membayangkan dialog-dialog yang mungkin
terjadi pada peristiwa yang dipilih. Amati pengembangan naskah drama berikut
ini!
Contoh
Adegan 1
Dialog antara Asri dan
Ayahnya mengenai profesi pekerjaan ayahnya yang dianggap oleh Asri ”sangat
memalukan”.
Asri : Apapun alasannya, aku nggak mau tahu.
Ayah : Meskipun kita harus tidak makan?
Asri : Kalau begitu aku besok akan berhenti
sekolah.
Ayah : Mengapa?
Asri : Untuk cari makan sendiri.
Ayah : Bukan begitu As
Asri : Pokoknya aku tidak mau, pilih aku
berhenti sekolah atau bapak cari pekerjaan lain.
Ayah : Kamu tahu aku tidak punya keahlian
apa-apa. Sejak ibumu masih hidup aku sudah menjalani pekerjaan ini. 20 tahun
As!
Asri : Hasilnya … hanya begini-begini saja
Ayah : Bagi saya kamu dapat sekolah dan jadi
anak yang sholekah itu sudah cukup.
Asri : Enak si Shanti. Ayahnya pejabat dan
dihormati di mana-mana. Dia dengan Bangga dapat menunjukkan foto ayahnya yang
sedang meresmikan sebuah bendungan.
Ayah : Terserah pendapatmu, biarlah ayah dengan
pendirian ayah sendiri. Bagi Ayah, yang penting pekerjaan itu halal dan dapat
digunakan sebagai alat beribadah. Aku mau sembahyang dulu. kamu juga belum
sembahyang kan? (Ayah Asri masuk. Asri melemparkan tasnya dengan kesal lalu
masuk mengikuti ayahnya)
Adegan
2
Kelas
sedikit gaduh. Nampak beberapa siswa duduk di kelas. Pelajaran belum dimulai.
Siswa-siswa berebutan memegang koran dan menunjuk foto dalam koran. Asri masuk
kelas dan sedikit terkejut melihat temannya berebut baca koran.
Toni : Nggak nyangka ya ternyata
mobil mewah itu ….
Agus : Iya ya… nggak nyangka.
Asri : Ada apa ini?
Dewi : Itu..tuh ratu kelas kita…
ternyata bokapnya ……!
Asri : Kenapa?
Dewi : Baca koran ini!
Asri : (menyahut koran yang di
pegang Dewi) Kasihan Shanti!
Guru : Sudah masuk anak-anak! Segera
bersiap!
(Ketua kelas memimpin
berdoa)
Guru : Ibu tahu, apa yang kalian
ributkan hari ini.
Agus : Iya Bu…! Sekarang kita punya
teman anak seorang koruptor!
Guru : Tidak boleh begitu Gus! Kita
tidak boleh memvonis apa-apa terhadap Shanti. Anak tidak pernah minta
dilahirkan dari orangtua yang bekerja sebagai apa pun.
Dewi : Tapi dia terlalu membangga-banggakan
sebagai anak pejabat, Bu.Guru
Guru : Kita jangan pernah memandang
anak siapa teman kita, pandanglah bagaimana perilaku dan prestasi teman kita
itu. (mata Bu guru melirik Asri) Asri menunduk.
Guru : Sekarang kita mulai pelajaran
Bahasa Indonesia. Buatlah puisi tentang seseorang yang kamu kagumi! (kelas
hening sejenak, guru berjalan mengelilingi siswanya yang sedang membuat puisi)
Guru : Yang sudah selesai, saya minta
membacakan di depan kelas.
Agus : Saya Bu! (Agus menuju ke depan
kelas dengan mantap dan membaca puisinya)
Ibuku Pahlawanku
Malam buta kau terjaga
Membawa bakul tua
Menjadi penjaja sayuran
Meski bukan pilihan
Kau mantap
menatap masa depan
Ibuku …………….!
Bagiku kau adalah pahlawan
Guru : Bagus, seorang bakul juga pahlawan.
Siapa lagi yang sudah selesai?
Asri : Saya ingin mencoba Bu! (Asri berjalan
pelan ke depan kelas)
Gerobakmu
mengoyak sepi
semua gang kau susuri
Tak peduli
orang yang penuh harga diri
menatapnya dengan risi
demi cita yang terpatri
dia yakin Tuhan selalu
menemani
Guru : Puisimu belum diberi judul As? Apa
judulnya?
Asri : Ayahku (jawabnya mantap)
Toni : Hebat! Ternyata penjual makanan
keliling bias mendidik anaknya selalu juara kelas.
(terdengar bel istirahat
berbunyi)
Guru : Puisi yang lain kita bacakan pada
pelajaran berikutnya. Kita istirahat dulu.
Kelas : Hoore !
(semua teman-temannya
berhamburan keluar)
(Asri menunduk sendirian, dia
bergumam lirih ……… Maafkan aku Ayah!)
** Tamat**
TUGAS 1: MENYUSUN NAKSKAH DRAMA
BERDASARKAN SEBUAH ILUSTRASI
Buatlah
sebuah naskah drama sesuai dengan ilustrasi berikut:
Pada saat pelajaran olahraga Galih
memang tidak ikut ke lapangan. Kebetulan dia sakit sehingga harus tinggal di
dalam kelas. Setelah pelajaran olahraga usai, Arin mendapati uang yang ada di
dalam dompetnya hilang. Ia menuduh Galih yang mengambilnya. Alasannya karena
Galih satu-satunya orang yang ada di kelas ketika pelajaran olahraga. Galih
yang merasa tidak mengambil uang Arin marah dengan tuduhan itu. Mereka berdua
terlibat adu mulut. Kemudian datanglah Lusi yang meminta Arin meneliti kembali
tasnya, kalau-kalau uang itu terselip di antara isi tas yang lain. Setelah
diteliti, ternyata uang Arin memang ada di dalam tas, terselit di antara
lembaran buku.
TUGAS
2: MENYUSUN NASKAH DRAMA BERDASARKAN GAMBAR
a.
Diskusikan dalam kelompokmu makna gambar-gambar di atas. Anak-anak
dalam gambar tersebut sebenarnya ingin sekali sekolah di gedung yang bagus dan
layak, tetapi kemiskinan menghalangi.
b.
Bayangkan dialog mereka dengan orang tua
mereka di rumah atau dengan temen-teman mereka tentang keinginan bersekolah
itu.
c.
Ciptakan konflik (fisik/batin) pada diri
para tokoh.
TUGAS
3 : MENYUSUN NASKAH DRAMA BERDASARKAN CERPEN
Ubahlah cerpen berikut ini menjadi naskah drama!
KENANGAN YANG
TERTINGGAL
Oleh: Gola Gong
Ketika rencana pembuatan jalan bebas
hambatan itu jadi pembicaraan di surat kabar dan televisi, maka Buyunglah yang
paling gelisah di antara seisi rumah. Bagaimana tidak. Proyek jalan tol itu
melintasi tanah orang tuanya, tempat padepokan seninya berada. Jika tanah orang
tuanya kena gusur, berarti hilang sudah padepokannya, tempat dia belajar
kesenian bersama teman-teman sekolahnya.
Tapi, bapak, ibu, dan kedua kakak perempuannya malah menyambut
gembira rencana itu. Kelihatannya mereka sedang membayangkan uang ganti rugi
yang mencapai puluhan juta. Wah, Bapakku bisa tambah kaya, nanti! Pikir
Buyung. Dan kalau Buyung mencoba menentang rencana penggusuran tanah itu, kedua
kakaknya pasti menertawakannya dan dengan kompak mengatakan bahwa dirinya
adalah orang yang terlalu mementingkan dirinya sendiri. Egois. Tidak
mementingkan orang banyak.
“Padepokan Buyung bagaimana, Pak?”
Protes Buyung manja.
“Padepokan saja yang kamu urusi,
Buyung!” kata Bapak agak kesal. Beliau memasukkan tembakau ke pipa
cangklongnya.
“Kamu kan bisa bikin lagi di tanah Bapak yang
lain! Bikin padepokan lagi di sana!”
Tanah
orang tuanya memang banyak. Warisan turun temurun. Jika tanah tempat
padepokannya itu kena proyek jalan tol, maka tanah bapaknya masih bertebaran.
Bapaknya memang terkenal dengan sebutan feodal, juragan tanah, karena punya
tanah di mana-mana. Bapaknya sangat disegani orang-orang. Tapi, walaupun begitu
bapaknya selalu mengelak jika dicalonkan menjadi kepala desa atau yang lebih
tinggi dari itu. Misalnya anggota dewan di kabupaten sekalipun. Bapaknya cukup
merasa bahagia mengurusi usaha dagang material bangunan sambil mengawasi
sawahnya dan sesekali pergi memancing di irigasi.
Sebagai anak bungsu Buyung terus
merengek tidak mau terima dengan rencana gila itu. Namun bapaknya bilang,
untuk pembangunan kita harus mau berkorban. Apalagi untuk kepentingan umum.
Buyung tidak bisa berkutik. Ya, dia bisa saja membuat lagi padepokan di tanah
yang lain, tapi tak semudah itu! Padepokan seninya sudah dia dirikan sejak SMP.
Itu berarti lima tahun yang lalu.
Di tanah bapaknya yang berupa pesawahan, di sebuah sudutnya ada
kantong kecil berupa hutan kecil yang rimbun dengan pepohonan. Ada jambu air,
mangga, jambu batu, pepaya, kedondong, rumpun bambu, dan segerombolan pohon
pisang. Dengan seizin bapaknya dibangunlah sebuah gubuk beratapkan daun kelapa
dan bangku-bangku dari bambu di halamannya. Ada panggung kecil di
tengah-tengahnya, tempat kelompok teater sekolah bermain. Itulah padepokan
seninya. Dia menamai padepokannya dengan sebutan ”Padepokan Rumah Seni”.
Di padepokan itulah Buyung menyalurkan
gairah seninya. Hampir setiap sore ia duduk berangin-angin, melukis para
petani, kerbau, lumpur, padi, sungai, irigasi, dan gunung. Setiap malam Minggu,
seusai berkumpul dengan kawan-kawan sekolahnya, Buyung menghabiskan malam di
padepokan bersama teater sekolahnya; menanak nasi liwet sambil berburu belut
dan kodok swike di sawah, atau menyembelih ayam. Pada hari-hari yang
hening dan romantis, Buyung membuat puisi dan cerita pendek.
Itulah mengapa padepokan ini sangat
penting bagi Buyung. Rasanya tak ada yang berharga lagi di muka bumi ini
setelah keluarga dan kelompok teaternya selain padepokannya. Hancur dan remuk
jiwanya setelah tahu pasti enam bulan lagi segalanya akan dicakar-cakar oleh
buldoser. Akan rata dengan bumi dan di atasnya akan dilapisi aspal panas. Akan
dilindasi roda-roda gila kendaraan yang menuju daerah wisata di pantai Anyer.
Orang-orang Jakartalah yang sebetulnya menuntut jalan tol ini dibuat, karena
dengan begitu mereka bisa lebih lancar berwisata ke Anyer. Berarti Buyung cuma punya sisa waktu enam
bulan lagi untuk menghabiskan hari-harinya bersama kelompok teaternya di
padepokan. Bersamaan dengan pengumuman hasil ujian akhir sekolahnya.
”Pokoknya, dalam sisa waktu yang sedikit
ini, Buyung memilih tinggal di padepokannya saja!”
”Buyung!” ibunya berusaha mencegah.
”Biarin aja, Bu!” kata kakak
perempuannya yang nomor dua.
Buyung sudah duduk di sadel sepeda
gunungnya. Ransel kecil yang penuh dengan perbekalan nemplok di
punggungnya. Dia sudah memutuskan untuk mengungsi ke padepokannya, merasakan
bagaimana nikmatnya hidup di padepokan. Menjadi orang bebas dan raja kecil bagi
dirinya sendiri.
”Buyung kan nggak pergi jauh, Bu,”
katanya.
”Cuma beberapa kilo saja dari rumah.
Kalau Ibu kangen kan bisa nengok Buyung di padepokan sambil bawa panggang ayam
kesukaan Buyung,” si bungsu itu tersenyum menghibur ibunya.
”Itung-itung menikmati hari-hari
terakhir padepokan, Bu!”
Bapaknya hanya mengangguk saja, membiarkan Buyung dengan
pilihannya.
Buyung mengayuhkan sepeda gunungnya ke luar kota. Membelok ke
jalan perkampungan. Angin sore yang segar dan bau lumpur membuat dadanya
lapang. Dia menyeberangi jembatan irigasi. Kini di atas tanah ayahnya sudah
dipancang tiang-tiang beton dan kawat berduri. Untuk mencapai padepokannya,
Buyung harus menerobos pagar itu. Ini sangat menyiksa batinnya. Dia merasa
sudah kehilangan padepokannya saat ini juga.
(Dikutip dari Antologi Cerpen Pilihan The Story of Jomblo, 2005
RANGKUMAN
MATERI DAN LEMBAR KERJA SISWA 3
Nama Siswa :……………………..
Kelas :…………………….
Guru :
Retno Utami,S.Pd.
Standar Kompetensi:
Mendengarkan:
13. Memahami wacana sastra melaui kegiatan mendengarkan pembacaan
kutipan/sinopsis novel
Membaca:
14. Memahami novel dari berbagai angkatan
Kompetensi Dasar:
13.1 Menerangkan sifat-sifat tokoh dari kutipan novel yang
bibacakan
13.2 Menjelaskan alur peristiwa dari suatu sinopsisi novel yang
dibacakan
14.1 Mengidentifikasikan kebiasaan, adat, etika yang terdapat
dalam buku novel angkatan 20-30-an
14.2 Membandingkan karakteristik novel angkatan 20-30-an
Sejarah dan Tokoh Angkatan 20-an
dan 30-an
No.
|
Angkatan 20-an
|
Angkatan 30-an
|
1.
|
Disebut
juga Angkatan Siti Nurbaya atau
Angkatan
Balai Pustaka (BP)
|
1. Disebut
juga Anggkatan Pujangga Baru
|
2.
|
Penerbit
saat itu Balai Pustaka
|
2.Muncul
majalah bernama “Poedjangga Baroe”
|
3.
|
Tokoh
dan Karya Sastra:
A
.Merari Siregar, Azab dan Sengsara
b.
Marah Rusli, Siti Nurbaya
c.
HAMKA, Di bawah Lindungan Ka’bah
d.
Muchtar Lubis, Salah Asuhan
e.
Tulis Sutan Sati, Sengsara Membawa Nikmat
|
2.
Tokoh dan Karya Sastra:
a.
Sutan Takdir Alisyahbana, Anak Perawan
di Sarang Penyamun, Layar Terkembang
b.
Armyn Pane, Belenggu
c.
Sanusi Pane, Manusia Baru
d.
J.E.Tatengkneg, Rindu Dendam
|
Ciri-ciri Intrinsik Novel Angkatan
20-an dan 30-an
a.
Bacalah novel-novel
Angkatan 20-an-30-an, kemudian catatlah ciri-cirinya dengan cara melengkapi
table berikut ini seperti contoh di bawah ini!
No.
|
Ciri-Ciri
Intrinsik
|
Judul
Novel
Angkatan
20-an/30-an
|
Kutipan
Novel sebagai pembuktian
|
1.
|
Gaya bahasanya menggunakan perumpamaan klise,
pepatah, atau peribahasa
|
a.Siti Nurbaya
b………………….
c…………………..
|
Alangkah elok parasnya anak perawan ini, tatkala
berdiri sedemikian! Seakan-akan dagang yang rawan, yang bercintakan sesuatu,
yang tak mudah diperolehnya. Pipinya bagai pauh dilayang, yang kemerah-
merahan….Hidungnya mancung bagai bunga melur, bibirnya halus bagai delima
merekah, dan di antra keduabibir itu kelihatan giginya, rapat berjejer bagai
baris gading yang putih…
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..............
|
No.
|
Ciri-ciri
|
Judul Novel
|
Kutipan
novel sebagai bukti pendukung
|
2.
|
Berisi nasehat-nasehat
|
a.Siti Nurbaya
b…………………
c………………….
|
Ketahuilah olehmu Samsu, walaupun di dalam dunia
ini dapat kita memperoleh kesenangan, kesukaan, kekayaan, dan kemuliaan, akan
tetapi dunia ini adalah mengandung pula segala kesusahan, kesengsaraaraan,
kemiskinan, dan kehinaan yang bermacam-macam rupa dan bangunannya,
tersembunyi pada segala tempat, mengintip kurbannya setiap waktu, siap akan
menerkam, barang yang dekat dengannya.
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….............................................................................
|
3.
|
Pertentangan pikiran/penda-
pat kaum muda dengan kaum tua
|
a………………….......................
b……………………………………..
|
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
|
4.
|
Latar kedaerahan/kebudayaan setempat
|
a…………………
b………………….
|
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..........................................................................
|
Mengidentifikasi Kebiasaan, Adat,
Etika yang Terdapat di dalam Buku Novel Angkatan 20-an dan 30-an
a.
Bacalah
penjelasan pada buku paketmu, halaman 77,89, 109-116 !
b. Bacalah novel-novel tersebut di
perpustakaan, jika novel pada table di atas tidak ada, maka dapat kalian ganti
dengan judul novel lain antara tahun 1920-1930-an (Lihat kapan karya tersebut
diciptakan!)
c.
Identifikasikan
ciri-ciri kebiasaan, adat, dan etika yang terdapat dalam novel-novel tersebut seperti
pada contoh berikut ini!
d. Lengkapilah table-tabel berikut ini
dengan cara mencatat bukti kutipan pada novel tersebut, jangan lupa cantumkan
terdapat pada halaman berapa kutipan itu berasal.
e. Tugas individu/perorangan, boleh
berdiskusi dengan teman lainnya, dikumpulkan!
Tabel perbedaan unsur kebiasaan, adat,
dan etika pada novel Angkatan 20-an dan Angkatan 30-an
Judul Novel
/Angkatan
|
Unsur Kebiasaan
|
Unsur Adat
|
Unsur Etika
|
Angkatan 20
a.Novel
Siti Nurbaya
|
Anak patuh dan diam saat
dinasehati orang tua
|
Kawin paksa, Nurbaya terpaksa
menikah dengan Datuk Maringgih demi membebaskan ayahnya dari hutang kepada
Datuk Maringgih
|
-Minta izin kepada orang tua
jika akan pergi
-Menjaga kesopanan terhadap
teman wanita
|
Bukti kutipan novel yang mendukung
|
Mendengar perkataan ayahku
ini tiadalah dapat kutahan lagi sedih hatiku, hancur dan lulul rasa
jantungku, lalu menangislah aku tersedu-sedu di dada ayahku sehingga basahlah
baju dan kainnya. Tiadalah kujawab perkataannya sepatah kata pun karena
dadaku bagaikan pecah dan leherku terkunci
|
Dan hamba terpaksa pula menjita rumah dan sekalian harta tuan
hamba,” kata pegawai jang lain.
Ajahku tiada dapat menjahut apa-apa lain dari pada:
"Lakukan kewadjiban tuan-tuan!” Tatkala kulihat ajahku akan dibawa
kedalam pendjara, sebagai seorang pendjahat jang bersalah besar, gelaplah
mataku dan hilanglah pikiranku dan dengan tiada kuketahui, keluarlah aku,
lalu berteriak:
"Djangan dipendjarakan ajahku! Biarlah aku djadi isteri
Datuk Meringgih!” Mendengar perkataanku itu, tersenjumlah Datuk Meringgih
dengan senjum, jang pada penglihatanku, sebagai senjum seekor harimau jang
hendak menerkam mangsanja, dan terbajanglah sukatjitanja dan berahi serta
hawa nafsu hewan kepada matanja. Sehingga terpaksa aku menutup mataku.
|
Setelah dilihat Samsu
ayahnya, lalu dihampirinya orang tuanya itu, seraya berkata, “Kalau Ayah
izinkan, hamba hendak pergi esok hari bermain-main ke gunung Padang.”
“Dengan siapa?” Tanya
Sutan Mahmud
“Dengan si Arifin dan si
Bakhtiar dan barangkali juga dengan si Nurbaya,’ Jawab Samsu.
“Dengan Nurbaya? Tanya
Sutan Mahmud pula, sambil berpikir,”Baiklah, tetapi hati-hati engkau menjaga
dirimu dan si Nurbaya! Jangan sampai ada alangan apa-apa dan jangan berlaku
yang tiada senonoh,”
“Baiklah, ayah,” jawab
Samsu.
Sejurus lagi, duduklah
anak dan bapa, amkan di meja bersama-sama ibu Samsu, yang telah duduk
menanti.
|
b. Novel Salah Asuhan
|
Mengikuti keinginan orang tua
|
Menikahi seseorang
dengan terpaksa demi adat istiadat dan menghilangkan rasa malu keluarga
|
Bergaul dengan orang Eropa
/Belanda dan bergaya/bersikap seperti orang Eropa
|
Kutipan novel sebagai
bukti pendukung
|
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………..............................................................................................................
|
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………................................................................................................................................................................................................................................................................................
|
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………..........................................................................................................
|
b. Angkatan 30
1. Novel
Belengggu
|
Membantah, bahkan berani kepada
suami
|
Menikah bukan karena
cinta
|
Menggoda laki-laki yang sudah beristri,
sehingga akhirnya menimbulkan perselingkuhan
|
Kutipan novel sebagai
bukti pendukung
|
……………………………………………………………………………………………………………………...................................
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………..............................................................................................................
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………..............................................................................................................
|
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………......
………………………………………………………………………………………………..........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
|
…………………………………………………………….
……………………………………………………………..
……………………………………………………………..
……………………………………………………………..
………………………………………………………………
………………………………………………………………
……………………………………………………………..
………………………………………………………………
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………..........................................................................................................
|
Angkatan 30
2. Novel Layar Terkembang
|
Ziarah
ke makam
…………………………………………………
…………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
|
Wanita
berpendidikan tinggi dan menunda menikah
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
……………………………………………………………………...
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
|
Memberikan kebebasan kepada anak
wanita untuk bergaul
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………..
|
Identitas Buku
Judul Buku : Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Penulis : HAMKA
Penerbit :
Tahun Terbit :
Jumlah Halaman :
Sinopsis/Ringkasan
Cerita
Tenggelamnya Kapal Van
Der Wijck
Desa Batipuh, di Minangkabau terbayang-bayang di matanya setiap masa. Setelah sekian lama, Zainudin memasang niat untuk melihat kampung halaman arwah ayahnya, Pendekar Sutan, telah menikam bapak saudaranya, Datuk Mantari Labih yang selalu menghalangnya daripada mendapat harta warisan keluarganya. Akibat tindakannya yang menurut hati yang muda, Pendekar Sutan dibuang negeri dari Ranah Minang, tanah tumpah darahnya. Pendekar Sutan dibuang negeri dan terdampat di Mengkasar. Di sana, Pendekar Sutan dijadikan anak menantu seorang mubaligh Islam. Daripada isterinya yang bernama Daeng Habibah, Zainudin lahir di sana.
Kerana berhasrat benar untuk pulang ke kampung halaman arwah ayahnya, Zainudin menyampaikan hasratnya itu kepada Mak Base, orang tua angkatnya di Mengkasar. Sejak kematian kedua-dua orang tuanya, Zainudin diasuh dan dibela oleh Mak Base sampai dia bujang teruna.
Di Padang Panjang, Zainudin jatuh hati kepada seorang anak gadis yang bernama Hayati. Hukuman yang ditimpakan arwah ayahnya amat berat dirasai Zainudin. Kerana itulah, maka hubungan kasih kedua-dua Zainudin dan Hayati terpaksa diputuskan. Dianggap sebagai orang asing, kepulangan Zainudin di Ranah Minang tidak dterima sebagai anak negeri. Dia lalu pergi menetap di Kota Padang Panjang. Sura-surat Batipuh dan Padang Panjang antar kedua-dua anak muda itu melambangkan kesetiaan cinta mereka berdua.
Sewaktu berada di Padang Panjang, Hayati menginap di rumah sahabatnya, Khadijah. Aziz, abang Khadijah tertarik dengan Hayati. Maka cinta Zainudin mendapat saingan. Kemiskinan Zainudin pada mulanya menjadi penghalang bagi Hayati untuk meneruskan cintanya dengan Zainudin. Dengan mendengar hasutan Khadijah, Zainudin dibuangnya jauh daripada rasa kasihnya. Zainudin pada masa yang sama, menerima harta dan kekayaan dari Mengkasar setelah ibu angkatnya, Mak Base meninggal dunia. Namun dalam surat lamarannya kepada Hayati, Zainudin tidak mengungkitkan hal dia sudah menjadi kaya-raya itu. Namun, Aziz lebih dahulu melamar Hayati. Lamaran Aziz diterima kerana dia dikatakan orang berkedudukan jika dibandingkan dengan Zainudin yang bukan anak Ranah Minang lagi miskin.
Penolakan lamarannya membuat Zainudin hanya berputih mata pada saat itu. Muluk, anak wanita tuan rumah tempat dia menginap di Padang Panjang itu menjadi sahabat karib Zainudin. Muluk menjadi orang kepercayaannya. Hayati juga terpaksa menurut apa-apa sahaja kehendak orang tuanya dan cintanya kepada Hamid dikuburkan dengan segera.
Zainudin yang jatuh melarat kerana menanggung hati setelah Hayati yang dia kasihi sudah menikah dengan Aziz, dinasihati Muluk agar melupakan masa lalunya dan membina kehidupan yang baru. Dengan usul Muluk, Zainudin berpindah ke Jakarta. Zainudin memulakan pekerjaan baru dengan menjadi seorang penulis yang berjaya dan akhirnya dia dan Muluk berpindah ke Surabaya. Kemahsyuran Zainudin juga kerana dia seorang hartawan yang dermawan.
Kehidupan pasangan Aziz dan Hayati melarat hingga mereka berpindah ke Surabaya. Aziz yang bertabiat buruk sejak watu bujangnya tidak dapat mengawal rumah tangga dan akhirnya mereka berdua hidup miskin. Akhirnya, mereka terpaksa menumpang di rumah Zainudin. Kedua-duanya berasa malu atas hidup menumpang di rumah lelaki hartawan yang baik hati itu. Aziz hidup menganggur hingga saat itu.
Aziz tanpa pengetahuan sesiapa meninggalkan Hayati di rumah Zainudin lalu peri ke Banyuwangi. Dia mengutuskan dua pucuk surat memohon maaf dan meminta agar Zainudin mahu menerima Hayati semula. Pesanan-pesanan dalam surat itu disusuli dengan kematian Aziz yang meragut sendiri nyawanya.
Namun Zainudin enggan menerima Hayati apa lagi mendapat tahu bahawa Aziz telah membunuh diri. Keputusan Zainudin itu adalah kerana dendamnya kepada Hayati selama ini. Hayati lalu merajuk dan berangkat pulang ke Sumatera dengan menaiki kapal Van Der Wijck.
Zainudin mula sedar kesilapannya setlah Hayati meninggalkan rumahnya. Dia sedar bahawa dia masih mengasihi Hayati. Zainudin lalu mahu meyusul Hayati setelah membaca surat peninggalan Hayati yang amat menyentuh hati kasihnya. Namun, tersebar sebuah berita bahawa “Kapal Van Der Wijck Tenggelam” dalam sebuah akhbar di Surabaya. Dari Tuban, Zainudin dengan diiringi Muluk bertemu dengan Hayati yang sedang dirawat di sebuah hospital di Lamongan. Namun, pertemuan itu adalah pertemuan kali bagi kedua-dua pasangan kekasih itu. Setelah dapat berbual beberapa ketika, Hayati menghembuskan nafasnya yang terakhir di dalam dakapan Zainudin.
Kepergian Hayati dituruti Zainudin tidak lama kemudian. Muluk menguburkan jenazah Zainudin di sisi pusara Hayati.
Desa Batipuh, di Minangkabau terbayang-bayang di matanya setiap masa. Setelah sekian lama, Zainudin memasang niat untuk melihat kampung halaman arwah ayahnya, Pendekar Sutan, telah menikam bapak saudaranya, Datuk Mantari Labih yang selalu menghalangnya daripada mendapat harta warisan keluarganya. Akibat tindakannya yang menurut hati yang muda, Pendekar Sutan dibuang negeri dari Ranah Minang, tanah tumpah darahnya. Pendekar Sutan dibuang negeri dan terdampat di Mengkasar. Di sana, Pendekar Sutan dijadikan anak menantu seorang mubaligh Islam. Daripada isterinya yang bernama Daeng Habibah, Zainudin lahir di sana.
Kerana berhasrat benar untuk pulang ke kampung halaman arwah ayahnya, Zainudin menyampaikan hasratnya itu kepada Mak Base, orang tua angkatnya di Mengkasar. Sejak kematian kedua-dua orang tuanya, Zainudin diasuh dan dibela oleh Mak Base sampai dia bujang teruna.
Di Padang Panjang, Zainudin jatuh hati kepada seorang anak gadis yang bernama Hayati. Hukuman yang ditimpakan arwah ayahnya amat berat dirasai Zainudin. Kerana itulah, maka hubungan kasih kedua-dua Zainudin dan Hayati terpaksa diputuskan. Dianggap sebagai orang asing, kepulangan Zainudin di Ranah Minang tidak dterima sebagai anak negeri. Dia lalu pergi menetap di Kota Padang Panjang. Sura-surat Batipuh dan Padang Panjang antar kedua-dua anak muda itu melambangkan kesetiaan cinta mereka berdua.
Sewaktu berada di Padang Panjang, Hayati menginap di rumah sahabatnya, Khadijah. Aziz, abang Khadijah tertarik dengan Hayati. Maka cinta Zainudin mendapat saingan. Kemiskinan Zainudin pada mulanya menjadi penghalang bagi Hayati untuk meneruskan cintanya dengan Zainudin. Dengan mendengar hasutan Khadijah, Zainudin dibuangnya jauh daripada rasa kasihnya. Zainudin pada masa yang sama, menerima harta dan kekayaan dari Mengkasar setelah ibu angkatnya, Mak Base meninggal dunia. Namun dalam surat lamarannya kepada Hayati, Zainudin tidak mengungkitkan hal dia sudah menjadi kaya-raya itu. Namun, Aziz lebih dahulu melamar Hayati. Lamaran Aziz diterima kerana dia dikatakan orang berkedudukan jika dibandingkan dengan Zainudin yang bukan anak Ranah Minang lagi miskin.
Penolakan lamarannya membuat Zainudin hanya berputih mata pada saat itu. Muluk, anak wanita tuan rumah tempat dia menginap di Padang Panjang itu menjadi sahabat karib Zainudin. Muluk menjadi orang kepercayaannya. Hayati juga terpaksa menurut apa-apa sahaja kehendak orang tuanya dan cintanya kepada Hamid dikuburkan dengan segera.
Zainudin yang jatuh melarat kerana menanggung hati setelah Hayati yang dia kasihi sudah menikah dengan Aziz, dinasihati Muluk agar melupakan masa lalunya dan membina kehidupan yang baru. Dengan usul Muluk, Zainudin berpindah ke Jakarta. Zainudin memulakan pekerjaan baru dengan menjadi seorang penulis yang berjaya dan akhirnya dia dan Muluk berpindah ke Surabaya. Kemahsyuran Zainudin juga kerana dia seorang hartawan yang dermawan.
Kehidupan pasangan Aziz dan Hayati melarat hingga mereka berpindah ke Surabaya. Aziz yang bertabiat buruk sejak watu bujangnya tidak dapat mengawal rumah tangga dan akhirnya mereka berdua hidup miskin. Akhirnya, mereka terpaksa menumpang di rumah Zainudin. Kedua-duanya berasa malu atas hidup menumpang di rumah lelaki hartawan yang baik hati itu. Aziz hidup menganggur hingga saat itu.
Aziz tanpa pengetahuan sesiapa meninggalkan Hayati di rumah Zainudin lalu peri ke Banyuwangi. Dia mengutuskan dua pucuk surat memohon maaf dan meminta agar Zainudin mahu menerima Hayati semula. Pesanan-pesanan dalam surat itu disusuli dengan kematian Aziz yang meragut sendiri nyawanya.
Namun Zainudin enggan menerima Hayati apa lagi mendapat tahu bahawa Aziz telah membunuh diri. Keputusan Zainudin itu adalah kerana dendamnya kepada Hayati selama ini. Hayati lalu merajuk dan berangkat pulang ke Sumatera dengan menaiki kapal Van Der Wijck.
Zainudin mula sedar kesilapannya setlah Hayati meninggalkan rumahnya. Dia sedar bahawa dia masih mengasihi Hayati. Zainudin lalu mahu meyusul Hayati setelah membaca surat peninggalan Hayati yang amat menyentuh hati kasihnya. Namun, tersebar sebuah berita bahawa “Kapal Van Der Wijck Tenggelam” dalam sebuah akhbar di Surabaya. Dari Tuban, Zainudin dengan diiringi Muluk bertemu dengan Hayati yang sedang dirawat di sebuah hospital di Lamongan. Namun, pertemuan itu adalah pertemuan kali bagi kedua-dua pasangan kekasih itu. Setelah dapat berbual beberapa ketika, Hayati menghembuskan nafasnya yang terakhir di dalam dakapan Zainudin.
Kepergian Hayati dituruti Zainudin tidak lama kemudian. Muluk menguburkan jenazah Zainudin di sisi pusara Hayati.
(Sumber: Sumber:
http://cikgumanaf.blogspot.com/2008/11/tenggelamnya-kapal-van-der-wijck-hamka.html)
**********
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini berdasarkan sinopsis di atas!
1. Bagaimanakah perwatakan para tokoh?
**********
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini berdasarkan sinopsis di atas!
1. Bagaimanakah perwatakan para tokoh?
NO.
|
Nama Tokoh
|
Perwatakan Tokoh
|
Alasan/Bukti/Penjelasan/Contoh
|
1.
|
Zainuddin/Shabir
|
||
2.
|
Hayati
|
||
3.
|
Aziz
|
||
4.
|
Khadijah
|
||
5.
|
Muluk
|
||
6.
|
Mak Base
|
2. Tuliskan latar
novel di atas
NO.
|
Macam Latar
|
Penjelasan/Bukti
|
a.
|
Tempat
|
|
b.
|
Waktu
|
|
c.
|
Suasana
|
3. Berikanlah pendapatmu terhadap kisah cinta tokoh-tokoh pada novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck tersebut!
Bandingkan dengan kisah cinta pada masa/jaman
sekarang!
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
4.Tuliskan
beberapa pesan/amanat yang dapat dipetik dari kisah pada kutipan novel di atas!
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
5.Buatlah sinopsis
dari salah satu novel Angkatan 20-an atau Angkatan 30-an, jangan lupa
menuliskan identitas buku.
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Komentar
Posting Komentar