Kenali Kecerdasan Anak




Seorang alumni SMA YPK lulusan tahun 2007 datang berkunjung ke sekolah. Sebut saja namanya “Mas Rudy’’ (MR). Liburan semester pertama ini digunakan untuk bersilaturrahmi dengan Bapak/Ibu Guru serta teman-teman. Selain itu juga untuk sekedar menikmati kembali makanan khas kantin sekolah. Sebenarnya bukan hanya MR yang berkunjung ke sekolah, banyak siswa lainnya. Secara pribadi sosok MR benar-benar menarik perhatian saya. Sebagai guru yang pernah mengenalnya sejak SMP, kini sosok MR berbeda.
Dulu…sosok MR termasuk siswa yang kemampuan akademisnya biasa saja. Ada satu kebiasaannya yang kurang baik ketika di dalam kelas, yaitu “tidur” bahkan ketika mengerjakan ulangan pun bisa-bisanya “tidur sambil duduk” . Bisa dibayangkan soal-soal yang tersaji di hadapannya hanya dibaca sambil lalu saja. Ya…hasilnya pun cukup sekedar lulus saja. Sikapnya ini bisa jadi karena sekolah tidak menarik lagi baginya. Segala materi pelajaran, PR, bahkan ulangan hanya hal yang membosankan baginya. Pelampiasan dari semua itu ya…”tidur di kelas”.
Singkat cerita MR menceritakan pengalamannya selama menjadi mahasiswa. Kini MR tercatat sebagai mahasiswa jurusan tata boga. Betapa sosok MR yang saya kenal ketika dulu masih menjadi siswa SMA YPK , kini sangat berbeda. Sosok yang baru bagi saya. Semangat dan wajah yang berseri-seri begitu terpancar ketika menceritakan bagaimana seru dan nikmatnya menjadi mahasiswa tata boga. MR berkisah bagaimana sulitnya membedakan bermacam-macam tepung. Tidak selalu resep yang di uji coba berhasil dengan sukses. Bagaimana serunya menjadi bartender yang beraksi dengan gelas-gelas. Betapa senangnya ketika masakannya dipuji para dosen. Pokoknya MR tampak begitu menikmati menjadi mahasiswa tata boga. Melihat perubahannya yang drastis, kami para guru menawarkan MR untuk masuk ke kelas bertemu dengan adik-adik kelasnya. Awalnya MR malu-malu, tetapi ketika sudah berada di dalam kelas, waktu yang disediakan 2 jam pelajaran pun terasa kurang. Semangat berkobar bak semangat 45 dan binar wajahnya sangat gembira. Bahkan yang membuat kami bangga adalah MR berpesan pada adik-adiknya “ Kalian harus perhatikan kalau Bapak/Ibu Guru sedang menjelaskan. Sampai kuliah nanti pasti akan digunakan. Jangan seperti pengalaman saya, di kampus saya juga belajar gizi makanan, nah jadi nyesel dulu gak perhatikan pelajaran Biologi” . Kedewasaan berpikirnya juga tampak pada ucapannya “ Wah, Bu, daripada saya kuliah di jurusan yang gak saya minati, hambur-hambur uang, lebih baik uangnya untuk modal buka rumah makan sajalah.”
Cuplikan cerita di atas adalah sebuah contoh kongkrit bahwa akan sangat menyenangkan bila siswa “anak-anak kita” kuliah di jurusan yang memang sesuai dengan kecerdasan, kelebihan, minat dan bakatnya. Seandainya di SMA ada jurusan Tata Boga mungkin MR lah yang mendaftar lebih dulu. Karena memang menurut cerita orang tuanya, MR hoby dan senang dengan dunia masak-memasak. Jurusan Tata Boga rasanya jurusan yang “tidak dilirik” oleh orang tua. Dilirik saja tidak apalagi dipilih! Tidak elit, tidak bermutu, tidak keren, dan sebutan lainnya. Padahal bagi siswa seperti MR yang kemampuan akademisnya sedang-sedang saja, jurusan –jurusan alternatif yang berkaitan dengan profesi sangat tepat. Jurusan yang lebih mengutamakan kecerdasan gerak kinestetik/ keterampilan.
Di SMA YPK ini tidak semua anak-anak kita berotak cemerlang. Tidak semua anak-anak kita dapat masuk Fakultas Kedokteran, Teknik Kimia, Akuntansi, dan Jurusan Favorit lainnya. Banyak anak-anak kita yang ingin kuliah di jurusan Seni, Budaya, Tata Boga, Desainer, Musik, Bahasa, dan sebagainya. Anak-anak kita punya kecerdasan lain yang kadang tak tampak oleh kita orang tuanya.
Siapa bilang jurusan masak memasak tidak bisa menjanjikan masa depan yang cemerlang. Lihat saja Chef Rudy yang sukses dengan acara memasaknya. Siapa sih, yang tidak kenal Pak Bondan “Mak Nyusss” yang hobi berkuliner. Koki-koki handal di berbagai hotel, rumah makan, dan restoran mewah adalah lulusan tata boga. Mari kita lebih teliti dan kenali lagi anak-anak kita. Anak-anak kita punya “Kecerdasan” yang memang tidak sama dengan anak-anak lainnya.
Menurut Dr. Howard Gardner, peneliti dari Harvard, pencetus teori Multiple Intelligence (Kecerdasan Majemuk) mengajukan 8 jenis kecerdasan yang kemudian ada pula pendapat yang menambahkannya dengan kecerdasan spiritual, sehingga menjadi 9, yang meliputi :
1.Cerdas Bahasa – cerdas dalam mengolah kata
2.Cerdas Gambar – memiliki imajinasi tinggi
3.Cerdas Musik – cerdas musik, peka terhadap suara dan irama
4.Cerdas Tubuh – trampil dalam mengolah tubuh dan gerak
5.Cerdas Matematika dan Logika – cerdas dalam sains dan berhitung
6.Cerdas Sosial – kemampuan tinggi dalam membaca pikiran dan perasaan orang lain
7.Cerdas Diri – menyadari kekuatan dan kelemahan diri
8.Cerdas Alam – peka terhadap alam sekitar
9.Cerdas Spiritual – menyadari makna eksistensi diri dalam hubungannya

Berikut ini sebuah ilustrasi menarik yang menggambarkan bahwa seseorang yang punya kecerdasan alami akan hilanh jika tidak diasah bahkan sebaliknya akan menyengsarakan dirinya sendiri.
Alkisah tersebutlah di sebuah kerajaan hutan, Sang Raja Rimba mengumpulkan anggotanya. Para binatang besar ingin membuat sebuah sekolah bagi para binatang kecil. Akhirnya para binatang besar memutuskan akan mengajarkan mata pelajaran memanjat, terbang, berlari, berenang, dan menggali. Karena tidak ada kata sepakat, mata pelajaran apa yang akan diberikan, akhirnya diputuskan bahwa semua binatang kecil wajib ikut. Di awal tahun pelajaran baru semua penghuni sekolah menikmati hal-hal baru yang dipelajari. Semua senang dan bersemangat mempelajari hal-hal baru yang diajarkan para guru binatang besar.
Tahun berikutnya, mulailah terjadi kepanikan. Tersebutlah si kancil kecil yang pandai berlari, kini kehilangan keahlian kelincahannya itu karena sibuk mempelajari berenang. Waktu dan tenaga kancil kecil habis untuk remidi dan remidi renang.
Hal yang memusingkan terjadi lagi. Si Elang yang mahir terbang, kini sayap-sayapnya lunglai. Si Elang tak pernah lagi menggunakan sayapnya untuk terbang karena sibuk mengikuti les mata pelajaran menggali untuk memperbaiki nilainya yang di bawah SKM.
Kesulitan lain terjadi pada diri tikus kecil yang pandai menggali membuat terowongan. Kini kuku-kuku dan giginya tumpul, karena tak henti-hentinya mempelajari bagaimana caranya terbang. Demi mata pelajaran terbang ini, tikus kecil harus mengalamai patah tulang jatuh dari ketinggian saat mencoba terbang.
Demikianlah berbagai kesulitan yang memusingkan kepala sekolah rimba dan guru-guru binatang besar lainnya, terjadi pula pada bebek, ular, macan, buaya, dan binatang kecil lainnya. Para binatang kecil itu tidak mempunyai kesempatan lagi untuk berprestasi dalam bidang keahlian mereka masing-masing. Ini lantaran mereka dipaksa mempelajari dan melakukan hal-hal yang tidak menghargai sifat alami mereka. ( Thomas Armstrong, Sekolah Para Juara, 2002: vii)
Mari sebelum terlambat, biarkan anak-anak kita memilih sekolah, fakultas, atau jurusan yang sesuai dengan kecerdasan yang dimilikinya. Setiap jenjang sekolah juga hendaknya dapat mengakomodasi setiap kecerdasan anak didiknya.Salah satu cara mudah misalnya setiap anak diberi label atau pin yang menunjukkan kecerdasan mereka di setiap akhir tahun pelajaran. Jadi bukan hanya rapot kenaikan kelas saja yang mereka terima tetapi sebuah pengakuan lain terhadap kecerdasan yang dimilikinya. Penulis yakin sekali anak-anak akan senang jika pin bertuliskan nama “FULAN- CERDAS BAHASA” atau “FULANA-CERDAS SOSIAL” disematkan di seragam mereka.
Anak-anak kita sungguh punya kecerdasan yang tak tampak oleh kita. Anak-anak kita punya kelebihan yang terabaikan oleh kita. Kita sibuk menutupi kekurangan anak-anak kita, tapi lalai mengasah kelebihan dan bakat alami mereka. Tidaklah bijak jika anak-anak kita terjebak pada keegoisan orang tua semata. Sementara kecerdasan anak-anak kita terabaikan dan tidak mendapatkan tempatnya untuk berkembang. Kita orang tua hanya mengarahkan dan membimbingnya saja, Selebihnya mohon pada Tuhan YME agar kecerdasan anak-anak kita dapat bermanfaat untuk diri dan orang di sekitarnya. Amin. (retnOEtamie,1102009).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Artikel: Perjalanan Spiritual Sutardji Calzoum Bachri Berawal dari O Amuk Kapak

Rangkuman Materi dan LKS Bahasa Indoesia kls.9

Cerpen: Bumi Dipijak Langit Dijunjung