YAYASAN PUPUK KALTIM WUJUDKAN SEKOLAH PEDULI DAN BERBUDAYA LINGKUNGAN “SMP YPK MENUJU RINTISAN CALON ADIWIYATA”



Isu global tentang kelestarian dan kelangsungan hidup makhluk di muka bumi ini semakin lama semakin keras gaungnya. Hal ini sebagai wujud semakin meningkatnya kesadaran manusia akan kerusakan bumi ini. Lihat saja slogan- slogan seperti: Go Green, Stop Global Warming, Hijau Bumiku Biru Langitku, Tanam dan Peliharalah Pohon, dan sebagainya. Slogan-slogan ini dapat kita temukan di spanduk, brosur, Koran, selebaran, dan media internet. Umat manusia semakin menyadari bahwa dirinya ikut andil besar dalam bertambah rusaknya bumi ini. Lapisan ozon yang semakin menipis, suhu bumi semakin panas, perubahan iklim yang sangat drastis, dan bencana alam adalah bukti-bukti kongkret yang menggugah nurani manusia.

Di dalam Alquran surat Al-A’raf ayat 56 disebutkan: Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (ALLAH) memperbaikinya dan berdoalahkepada-Nya dengan rasa takut (tak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat ALLAH amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sementara itu di dalam surat Al-Baqarah ayat 11 disebutkan: Dan bila dikatakan kepada mereka:”Janganlah membuat kerusakan di muka bumi.” Dan mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” Jelaslah, jika bukan kita manusia, siapa lagi yang akan memperbaiki kerusakan bumi ini. Kita akan dan harus malu jika dari sekarang tidak ikut terlibat secara aktif untuk ikut menyelamatkan bumi kita. Kita ingin termasuk orang-orang yang ikut menjaga dan memperbaiki bumi ini, bukan justru sebaliknya malah jadi perusak bumi.
Yayasan Pupuk Kaltim sebagai lembaga pendidikan yang terbesar di Bontang ini adalah sebuah wadah yang efektif untuk mulai mendidik siswa-siswanya menjadi manusia-manusia muda yang peduli pada kelestarian alam raya ini. Salah satu unit pendidikan yang dapat menjadi pionir sebagai sekolah berwawasan lingkungan adalah SMP Yayasan Pupuk Kaltim ini. SMP YPK selama ini sudah membuktikan dirinya sebagai sekolah terbaik di Bontang ini. Prestasi akademik atau nonakademik para guru dan siswa-siswanya sudah terukir dengan tinta emas. Berjajar tropi dan penghargaan menghiasi lemari-lemari kaca yang terpajang di lobi SMP YPK. Prestasi itu akan lebih sempurna jika SMP YPK juga berprestasi sebagai sekolah peduli dan berbudaya lingkungan. SMP YPK pelopor menuju rintisan Adiwiyata, mengapa tidak? Saat ini di Indonesia tercatat ada 40 sekolah Adiwiyata dan 30 sekolah calon Adiwiyata. Untuk Wilayah Kaltim tercatat 2 sekolah Adiwiyata, yaitu SMPN 1 Balikpapan dan SMPN 10 Samarinda. Akankah nama SMP YPK menyusul berada pada urutan selanjutnya sebagai sekolah Adiwiyata?
Adiwiyata adalah salah satu program Kementrian Negara Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Dalam program ini diharapkan setiap warga sekolah ikut terlibat dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan yang sehat serta menghindari dampak ligkungan yang negatif.
Kata ADIWIYATA berasa dari 2 kata Sansekerta. “ADI” bermakna besar, agung, baik, ideal atau sempurna. “WIYATA” bermakna tempat di mana seseorang mendapatkan ilmu pengetahuan, norma, dan etika dalam berkehidupan sosial. Jadi ADIWIYATA bermakana: Tempat yang baik dan ideal di mana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma erta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita dan menuju kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan.
Tujuan Program Adiwiyata adalah menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah, sehingga dikemudian hari warga sekolah tersebut dapat turut bertanggung jawab dalam upaya-upaya penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan. Kegiatan utama Program Adiwiyata adalah mewujudkan kelembagaan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan bagi sekolah dasar dan menengah di Indonesia. Pengebangan Program Adiwiyata bisa jadi solusi bagi YPK yang sedang mengalami kesulitan. Karena keuntungan-keuntungan yang diperoleh sekolah dalam mengikuti Program Adiwiyata adalah:
1.Meningkatkan efisiensi pelaksanaan kegiatan operasional sekolah dan penggunaa berbagai sumber daya.
2.Meningkatkan penghematan sumber dana melalui pengurangan konsumsi sumber daya dan energy.
3.Meningkatkan kondisi belajar mengajar yang lebih nyaman dan kondusif bagi semua warga sekolah.
4.Menciptakan kondisi kebersamaan bagi semua warga sekolah.
5.Meningkatkan upaya menghindari berbagai resiko dampak lingkungan negatif di masa yang akan datang.
6.Menjadi tempat pembelajaran bagi generasi muda tentang nilai-nilai pemeliharaan dan pengelolaan lingkugan hidup yang baik dan benar.
7.Mendapat penghargaan Adiwiyata.
Memang disadari bahwa untuk mewujudkan sekolah seperti ini juga tidak mudah. Ada empat Indikator dan kriteria Program Adiwiyata. Mulai dari pengembangan kebijakan sekolah, pengembangan kurikulum berbasis lingkungan, pengembangan kegiatan berbasis partisipasif, dan pengembangan dan pengelolaan sarana dan pendukung sekolah.
Pengembangan kebijakan sekolah dapat dicapai dengan melakukan:
(1) Visi dan misi sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan,(2) Pembelajaran lingkungan hidup, (3) SDM dibidang pendidikan lingkungan, (4) upaya penghematan sumber daya alam, (5) lingkungan sekolah yang bersih dan sehat, (6) pengalokasian dan penggunaan dana bagi kegiatan lingkungan hidup.
Pengembangan kurikulum berbasis lingkungan dapat dicapai dengan: (1) model pembelajaran lintas mata pelajaran, (2) penggalian dan pengembangan materi serta persoalan lingkungan hidup yang ada di masyarakat sekitar, (3) metode belajar berbasisi lingkungan dan budaya, (4) kegiatan kurikuler untuk peningkatan pengetahuan dan kesadaran siswa tentang lingkungan hidup.
Pengembangan kegiatan berbasis partisipasif dapat dicapai dengan: (1) menciptakan kegiatan ektrakurikuler/kurikuler bidang lingkungan hidup, (2) mengikuti kegiatan aksi lingkungan, (3) kegiatan kemitraan dalam pengembangan pendidikan lingkungan hidup.
Pengembangan Sarana Pendukung sekolah meliputi: (1) fungsi sarana sekolah yang ada untuk pendidikan lingkugan hidup, (2) peningkatan kualitas pengelolaan lingkunga di dalam dan di luar kawasan sekolah, (3) penghematan sumberdaya alam (air, listrik) dan ATK). (4) peningkatan kualitas makanan sehat, (5) pengembangan sistem pengolahan sampah.
Untuk mencapai Program Adiwiyata ini tidak serta merta dan simsalabim. Disediakan waktu tiga tahun untuk mencapai tahap Pemberdayaan, dan lebih dari tiga tahun untuk mencapai tahap Kemdirian. Bagi SMP YPK bisa menambah 3 tahun untuk tahap Rintisan calon Adiwiyata. Sebenarnya selama ini SMP YPK sudah melaksanakan program atau kegiatan yang mencerminkan Adiwiyata, misalnya: menjaga dan memelihara kebersihan sekolah dari sampah yang berserakan, memelihara kebersihan kamar mandi, lokasi kantin dan makanan yang sehat dan sudah terkontrol kebersihan dan kesehatannya, serta menjaga keasrian dan kehijauan lingkungan sekolah dengan berbagai tanaman.
Sayangnya taman dan rimbunnya pohon-pohon di sekitar sekolah bukan atas jerih payah dan partisipasi siswa/warga sekolah tetapi atas jasa tukang kebun. Selama ini pengeluaran untuk pembelian kompos dan pupuk kandang untuk taman cukup besar. Jadi mengapa tidak buat sendiri dengan memanfaatkan sampah basah/organic dari kantin sekolah? Tanah-tanah kosong bisa dijadikan bak penampungan sampah organic yang kemudian ditimbun sehingga menjadi kompos. Selama ini berapa banyak kertas soal, LJK, dan surat-surat kadaluarsa lainnya yang terbuang percuma, hanya dibuang atau dibakar. Seandainya saja bisa diproses atau didaur ulang menjadi suatu yang berguna dan bernilai ekonomis? Disadari atau tidak betapa borosnya kita dalam pemanfaatan energi air dan listrik? Lampu-lampu masih menyala pada siang hari. Kipas angin atau AC tetap menyala walaupun tidak digunakan. Mengapa lahan-lahan kosong di sekitar sekolah tidak dijadikan Taman TOGA (Tanaman Obat Keluarga)? Lahan-lahan kosong disekitar sekolah bisa dimanfaatkan sebagai Green House yang di tanam dan dipelihara oleh siswa?. Mengapa tidak memanfaatkan halaman luas di bawah pohon rimbun sebagai kelas alam? Apakah anak didik YPK mengenal kondisi TNK (Taman Nasional Kutai) yang sebenarnya dekat sekali dengan mereka. Betapa isu-isu penyelamatan TNK telah menglobal, tetapi adakah yang kita lakukan? Hanya jadi penonton atau pendengar saja? Betapa anak-anak kita telah menjadi manja dan malas karena segalanya serba ada tanpa harus bersusah payah untuk mendapatkan dan menikmati sesuatu. Budaya serba bisa dibeli terlanjur melekat pada anak-anak kita. Selama ini kita lupa memanfaatkan limbah yang ada di depan kita sebagai penghasil keuntungan/uang jika dikelola dengan baik. Selama ini kita selalu meminta uang bantuan/subsidi padahal kita bisa mendapatkan uang jika kita mau.
Dalam kurun waktu ini SMP YPK bisa mulai melakukan hal-hal kecil dan sederhana yang tidak memerlukan biaya besar. Beberapa saran yang dapat dilakukan adalah: (1) memasyarakatkan slogan-slogan hemat energi di setiap sudut sekolah, (2) mengubah tong-tong sampah yang ada menjadi tempat sampah terpisah antara sampah oganik dan anorganik, (3) membuat sebuah lubang besar di halaman belakang sekolah untuk menampung sampah-sampah organik dari kantin untuk dijadikan kompos, (4) penghematan ATK, (5) kegiatan ekstrakurikuler atau kurikuler/muatanlokal memanfaatkan barang-barang bekas, (6) Mengikuti kegiatan-kegiatan yang terkait dengan aksi peduli lingkungan, (7) Menyelenggarakan lomba-lomba dengan tema lingkungan,(8) mengundang narasumber pembelajaran lingkungan hidup bagi warga sekolah, dan (9) meningkatkan peran serta siswa dan guru/warga sekolah untuk memelihara kehijauan dan keasrian lingkungan sekolah, dan masih banyak kegiatan lain yang bisa dilakukan.
Jika dari sekarang mulai melakukan hal-hal sederhana itu,maka tidak mustahil dalam kurun waktu 3 tahun SMP YPK bakal menjadi calon sekolah Adiwiyata. Akhirnya SMP YPK sebagai sekolah rintisan calon Adiwiyata akan terwujud jika semua warga sekolah ikut mendukung dan berparisipasi aktif di dalamnya. Semoga ALLAH meridhoi. Amin. ** (retnOEtamie/Red)**
“Hari gini, gak pedui lingkungan? Apa kata dunia?!”
“Baru kenal Adiwiyata? Malu dong dengan sekolah lain”
“Ayo, wujudkan Adiwiyata, kapan lagi?”


Rujukan: Buku Panduan Adiwiyata dan contoh-contoh kerajinan memanfaatkan sampah/bungkus bekas
(Artikel ini telah dimuat di Majalah Gemilang Yayasan Pupuk Kaltim Edisi Kedua Bulan Juni 2010, Bontang)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Artikel: Perjalanan Spiritual Sutardji Calzoum Bachri Berawal dari O Amuk Kapak

Puisi "Pengabdian Tanpa Titik"

Cerpen: Bumi Dipijak Langit Dijunjung