Belajarlah dari Alam
Belajarlah dari alam, karena alam akan mengajarkan segalanya. Demikian sebuah kalimat yang sejak dulu pernah kita dengar hingga sekarang. Ya...,manusia dalam menjalankan hidupnya juga meniru alam. Lihatlah bagaimana manusia masa lalu yang memanfaatkan gua sebagai tempat tinggal. Kulit binatang dipakai untuk menghangatkan badan, seperti beruang yang menghangatkan diri dengan bulunya yang tebal dan gua yang hangat selama musim dingin. Kini manusia dapat terbang dengan pesawat seperti elang yang dengan gagah mengangkasa di langit biru. Bendungan yang kita kenal sekarang ternyata sangat mirip dengan bendungan yang dibuat oleh berang-berang yang akan membuat rumah/sarang di dalam sungai. Pendek kata Tuhan menciptakan alam semesta ini untuk dimanfaatkan manusia bagi kelangsungan hidupnya.
Alam adalah sahabat manusia.
Kenyataan kini berbalik, alam tidak lagi bersahabat dengan manusia. Bukan alam yang berkhianat pada manusia, tapi manusialah yang tak lagi memanfaatkan alam dengan seimbang. Alam telah dieksploitasi dengan semena-mena. Manusia semakin hari semakin serakah mencari keuntungan sebesar-besarnya sementara alam semakin hari semarin merana. Lihatlah hutan kita yang luasnya semakin hari semakin sempit. Pohon-pohon setiap detik bertumbangan. Kayu berkubik-kubik diangkut truk keluar hutan. Hutan kita gundul, tak lagi hijau, tak lagi menopang air hujan. Setiap tahun banjir besar tak terelakkan.
Bontang, sebuah kota kecil di bumi Borneo (Kalimantan Timur) kaya akan sumber alam. Mulai dari gas alam, batu bara, kekayaan potensi kelautan, sampai kekayaan hutan. Hutan hujan tropis yang memperkaya keanekaragaman flora dan fauna dunia yang sebagian bahkan sudah nyaris punah ada bumi Borneo. Hutan hujan tropis ini juga bukan saja menjadi paru-paru dunia tetapi juga menjadi bagian penting dari kestabilan iklim dan ekosistem alam dunia ini. Hutan Kalimantan, khususnya Taman Nasional Kutai yang sebagian wilayahnya berada di kota Bontang tak luput dari kerusakan. Bahkan luas wilayah TN Kutai yang tak terjamah manusia semakin hari semakin sempit.Kondisi seperti ini sangat memprihatinkan.
Jika kawasan yang sudah ditetapkan sebagai Taman Nasional saja semakin parah kerusakannya, bagaimana lagi nasib hutan-hutan lainnya? Menantikan kesadaran semua pihak yang ikut andil dalam kerusakkan hutan sama saja menunggu godot. Tetapi bagi pihak-pihak yang masih peduli dengan kelestarian hutan, usaha-usaha terus dilakukan tanpa henti demi kelangsungan makhluk hidup di muka bumi.Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pendidikan kepedulian terhadap kelestarian alam terutama kelestarian hutan sejak dini, sejak masih anak-anak. Usaha bagaimana agar sejak dini anak-anak sudah bersahabat dengan alam. Diharapkan jika besar nanti mereka lebih cita pada alam. Masa anak-anak adalah masa yang paling tepat untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan. Karena otak anak-anak cepat sekali menstimulasi apa yang diajarkan. Salah satu bentuk pendidikan tersebut adalah dengan membuka Sekolah Alam (SA).
Sekolah Alam adalah sekolah dengan konsep pendidikan berbasis alam semesta. Hakikat pendidikan ini adalah membantu anak didik tumbuh menjadi manusia yang berkarakter. Menjadi manusia yang tidak saja mampu memanfaatkan apa yang tersedia di alam, tetapi juga mampu mencintai dan memelihara alam lingkungannya. Di SA anak-anak belajar tidak hanya dari buku tapi dari apa saja yang ada di sekitarnya. Belajar di alam terbuka, secara naluriah akan menimbulkan suasana menyenangkan jauh dari kebosanan. Sehingga akan tumbuh kesadaran bahwa sekolah itu menyenangkan. Dekat dengan alam itu sangat menyenangkan.
Dalam kurikulumnya, pembelajaran di SA menggunakan sistem Spider Web, di mana suatu tema diintegrasikan dalam semua mata pelajaran. Dengan demikian pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran bersifat integratif, komprehensif dan aplikatif. Sekaligus lebih membumi. Kemampuan dasar yang ingin dibangun adalah kemampuan anak untuk membangun jiwa keingintahuan, kemampuan melakukan observasi dan membuat hipotesa, serta kemampuan menerapkan metode berpikir ilmiah. Sehingga pengetahuan yang mereka dapatkan bukan sekedar hafalan, tetapi hasil pengalaman nyata dan penemuan mereka sendiri. Sehingga akan selalu melekat di dalam otaknya.
Di SA juga diarahkan untuk memahami potensi dasar dirinya. Sehingga anak menjadi percaya diri dan sadar akan bakat dan kemampuannya. Sekolah Alam saat ini menjadi salah satu alternatif pendidikan bagi anak-anak yang mulai dilirik karena berbagai kelebihannya. Jika di pulau Jawa SA sudah mulai populer, maka di Bontang belum. Padahal kondisi geografis kota Bontang yang masih banyak ruang terbuka hijau, masih ada kawasan hutan, sangat mendukung untuk membangun sekolah alam. Karena itulah kehadiran sekolah alam yang baru pertama di Bontang disambut dengan antusias.
Keunikan SA Bontang yang membedakannya dengan SA di Pulau Jawa adalah orientasinya pada potensi kekayaan hutan sesuai dengan kondisi alam kota Bontang. Karena itulah SA Bontang terletak di sebuah bukit yang sekelilingnya masih merupakan kawasan hutan. Kegiatan belajar pun menyesuaikan dengan linkungan sekitar sekolah. Tidak ada ruang kelas dari batu bata. Ruang kelas berupa saung yang terbuat dari kayu ulin, kayu khas kalimantan. Anak-anak diperkenalkan dengan kayu ulin yang semakin hari semakin langka. Bahkan mereka diperliatkan bentuk pohon ulin, bagimana cara menanam, merawat, dan melestarikannya. Udara segar bukan berasal dari AC tetapi dari angin segar yang bertiup masuk ke dalam saung, ruang belajar. Pagar sekolah bukan dari besi tetapi dari batang-batang pohon kayu yang diikat dengan tali-tali yang berasal dari kulit kayu atau akar tanaman. Mulai dari pintu gerbang hingga saung dihiasi dengan aneka tanaman, mulai dari tanaman hias hingga tanaman keras. Papan bertuliskan huruf-huruf dan nama-nama tanaman di pasang di samping tanaman tersebut. Tangga-tangga untuk naik ke saung di tulis dengan angka-angka yang membantu mereka belajar berhitung. Papan-papan pengumuman atau pajangan karya anak-anak terbuat dari bambu dan ranting-ranting kayu yang dihias dengan daun-daun kering, bunga-bunga, atau produk daur ulang lainnya. Suasana asri, sejuk, rimbun, segar, dan menyenagkan terasa di setiap sudut . Aura dan wangi hutan sudah terasa sejak menginjakkan kaki di gerbang SA.
Salah satu kegiatan yang dilakukan SA Bontang adalah Out Bound. Dengan kegiatan ini anak-anak dilatih ketangkasan fisik juga dilatih keberanian mentalnya dengan meluncur dari satu pohon ke pohon lainnya (flying twin bridge) bak tarzan yang hanya mereka lihat di televisi. Kegiatan out bound jelas lebih menarik dan menantang daripada olahraga biasa.
Kegiatan jalan-jalan ke dalam hutan juga tak kalah menarik. Anak-anak belajar mengidentifikasi jenis tumbuhan dan hewan yang mereka temui di sepanjang perjalanan ke dalam hutan. Mulai dari semut sampai orang hutan. Mengenal rumput, belukar, tumbuhan kantong semar, hingga pohon ulin. Anak-anak juga diberikan pemahaman pentingnya menjaga dan melestarikan hewan dan tumbuhan di dalam hutan.Pada kegiatan menanam atau berkebun mereka belajar menghitung jumlah bibit yang akan di tanam. Mereka tersenyum gembira ketika menemukan cacing di dalam tanah yang mereka gali. Kemudian mereka mendapat penjelasan pentingnya cacing bagi kesuburan tanah, sehingga mereka tidak menyakiti cacing tersebut. Mereka semakin senang ketika menyirami dan memupuk tanaman mereka yang tumbuh semakin hari semakin besar. Anak-anak lebih senang lagi ketika tanaman mereka berbuah atau bisa dipanen kemudian hari. Sampah dedaunan kering yang tersebar di halaman sekitar sokolah juga dimanfaatkan misalnya untuk membuat kolase atau sebagai hiasan kerajian tangan. Selain itu juga anak-anak belajar membuat kompos. Tong-tong sampah yang berbeda untuk jenis sampah organik dan nonorganik juga disediakan. Berbagai jenis limbah misalnya kotak bekas makanan, gelas atau botol bekas minuman diolah sedemikian rupa sehingga dapat dimanfaatkan untuk media belajar.
Namanya juga sekolah alam, jadi banyak kegiatan alamnya. Semua kegitan belajar berorientasi pada alam. Alam menjadi sumber belajar yang nyata bukan hanya sekedar teori. Unsur-unsur alam seperti tanah, air, udara, rumput, bunga, kayu, serangga, burung dan sebagainya begitu dekat dengan anak-anak. Alam diperkenalkan sejak dini dengan cara yang menyenangkan. Sejak dini anak-anak sudah merasakan bagaimana nikmatnya bersahabat dengan alam. Sebagai orang tua yang sudah meyekolahkan anaknya di TK Sekolah Alam Bontang, sudah merasakan manfaat yang besar.
Pemahaman anak-anak terhadap pentingnya tanaman, pohon-pohon, dan hutan sebagai penyerap air sudah mulai tertanam. Mereka tidak takut dan tidak menyakiti hewan-hewan seperti cacing, serangga, atau hewan-hewan kecil lainya. Kesadaran akan pentingnya hewan-hewan kecil itu untuk keseimbangan alam ini sudah mulai tertanam. Sampah-sampah bekas makanan atau sayuran dimasukkan ke dalam lubang di halaman belakang rumah untuk kemudian dijadikan kompos. Jika sejak dini kesadaran anak-anak tentang pentingnya tumbuhan, hutan, hewan, dan alam sekitarnya sudah tumbuh maka diharapkan ketika mereka besar nanti kesadaran itu semakin tertanam.
Kondisi geografis Kota Bontang sangat potensial untuk mengembangkan SA. Ditambah lagi kebutuhan masyarakat yang antusias menyambut SA pertama di Kota Bontang. Kebutuhan akan SA di kota Bontang ini memberikan peluang bagi investor, perusahaan besar, masyarakat, atau siapa pun yang peduli dengan pendidikan cinta alam ini. Pemerintah Daerah Kota Bontang dapat bekerja sama dengan pihak-pihak terkait untuk mewujudkan SA sampai tingkat SMA. Dengan demikian pendidikan kecintaan alam anak-anak dapat berkelanjutan.
Jika anak TK saja sudah mulai senang bersahabat dengan alam, maka jika sampai tingkat SMA nantinya kecintaan mereka terhadap alam akan semakin tertanam. Bahkan kelestarian alam akan menjadi bagian dari jiwa merekaTidak mustahil SA bukan hanya ada di daerah tertentu saja tetapi tersebar di bumi Nusantara lainnya. Sekolah Alam bukan hanya ada di Jakarta, Bandung, Bogor, atau Bontang, tetapi ada juga di Sulawesi, Sumatra, Maluku, dan Papua. Di masa depan akan lahir generasi-generasi hijau yang jiwanya penuh dengan cinta pada hutan, hatinya penuh dengan cinta pada alam ini. Di Kemudian hari nanti akan tercipta manusia-manusia yang senang bersahabat dengan alam dan tak punya niat untuk merusak dan memusnahkan alam dari muka bumi ini. Semoga Tuhan meridhoi. Amin.
(Retno Utami, S.Pd. Guru SMA Yayasan Pupuk Kaltim, Bontang)